ADF.LY

Selasa, 06 April 2010

Orang tua sebagai mitra dan fasiitator Pesan Baru

Orang tua sebagai pendidik utama dalam menyelesaikan masalah anaknya. Terapi yang semula disangka baik oleh orang tuanya tetapi ternyatata berdampak lain. Bagaimana kita memposisikan itu ?

Biasanya anak selalu menempatkan orang tuanya sebagai tempat bertanya. Anak biasanya menganggap orang tuanya serba bisa untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan - pertanyaan. Orang tua dianggap "dewa" oleh anak2nya. Munculkan kearifan dalam menerima pertanyaan anak. Setiap anak bertanya orang tua harus bersikap antusias dan perhatian. Ajak anak mencari jawaban atas pertanyaannya tersebut jika kita belum mengetahui jawabannya. Disini harus ada keharusan orang tua untuk memiliki wawasan yang seluas - luasnya akan ilmu. Akan tetapi ilmu itu tidak untuk diddiktekan secara paksa pada anak melainkan untuk memperkaya cara orang tua dalam memberi arahan dan bimbingan.

Ada sebuah kisah seorang petani dari sulawesi selatan yang buta huruf tetapi ia beruntung memiliki anak yang semuanya menjadi sarjana. Ternyata pak petani ini mengajak anaknya untuk mencintai ilmu dengan mencarikan teman bergaul yang baik. Pak petani ini sering mengumpulkan anak2 untuk diajak ke toko buku untuk memilih buku yang mereka sukai sebagai hadiah atas prestasi yg mereka capai. Atau menganjurkan anak2 nya untuk meminjam buku di perpustakaan secara teratur. pak petani ini juga suka mencari - cari pertanayaan lalu mengajak anak2 nya itu untuk sama2 mencari jawabannya. Disini terlihat pak tani ini hanya sebagai fasilitator saja. Dia hanya menghantarkan anak2nya untuk cinta belajar.

Kuncinya adalah kita menciptakan suasana yang kondusif pada anak2 untuk mencintai belajar, semua waktu... kapan dan dimanapun di jadikan ajang untuk belajar.
By:Susy Susiawati
Sumber : Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Life Long Learning Program

Sebagian besar anak - anak kita itu dihabiskan di rumah. Yakinlah bahwa rumah sebagai pusat kehidupan kita. Walaupun anak - anak kita sudah masuk sekolah full day tetapi yakinlah bahwa waktu mereka lebih banyak dihabiskan di rumah. Sehingga kita sebagai orang tua harus mempersiapkan rumah menjadi tempat yang menyenangkan mereka untuk belajar dan mencari ilmu. Untuk menyiapkan itu semua memang kita harus memiliki media atau sarana belajar bagi anak - anak kita. Life Long Learning Program dirancang untuk membantu keluarga muslim menyiapkan rumah keluarga muslim supaya menjadi pusat belajar yang asyik serta melibatkan semua keluarga. Yaitu :

1. Halo Balita, Yang membantu orang tua dalam mengoptimalkan masa keemasan anak terdiri dari 25 buku cerita anak. 9 buku untuk melataih kebiasaan dan kemandirian anak dalam melakukan kegiatan sehari - hari. 11 jilid buku melatih anak agar mulai memahami dan menerapkan nilai - nilai moral dasar. 5 jilid buku melatih anak melakukan aktivitas yg merupakan pengembangan awal keyakinannya dalam kehidupan beragama. Ditambah dengan 3 buah boneka tangan.

2. I Love Al - Qur'an mengajak anak - anak untuk belajar Al - Qur'an dengan cara asyik dan menyenangkan serta menyampaikan pesan - pesan melalui bahasa visual yg sangat menarik dan bahasa teks untuk anak yang sangat komunikatif. Terdiri dari 1 set permainan edukatif, 1 cd lagu plus buku lagu, 1 jilid kamus, 15 jilid tafsir dan terjemahan, 15 jilid mushaf Al - qur'an.

3. Ensiklopedi Bocah Muslim berisi pengetahuan dasar yang dibutuhkan anak serta untuk mengembangkan 3 kecerdasan utama anak ( IQ, EQ, dan SQ ). terdiri dari 15 jilid. Masing - masing membahas tema tertentu.

4.Ensiklopedi Muhammad SAW yang disajikan secara kronologis dan tematis yaitu terdiri dari :
a. Muhammad SAW sebagai Nabi
b. Muhammad SAW sebagai pedagang
c. Muhammad SAW sebagai pendidik
d. Muhammad SAW sebagai negarawan
e. Muhammad SAW sebagai Hakin
f. Muhammad SAW sebagai pribadi mulia
g. Muhammad SAW sebagai suami dan ayah
h. Muhammad SAW sebagai pecinta ilmu
i. Muhammad SAW sebagai pemimpin militer
j. Muhammad SAW sebagai pejuang kemanusiaan.

Bagi teman2 yang berminat memiliki program ini bisa melalui email saya. Susysusiawati@yahoo.co.id.
By: Susysusiawati

Sumber : Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Knowledge is Power : Hidup Sesuai Hasrat Lewat Rajin Membaca Buku

Pernahkah menghitung jumlah buku yang Anda miliki atau mungkin yang sudah Anda baca di perpustakaan ? Atau pernahkah anda menargetkan untuk menghabiskan sebuah buku dalam kurun waktu tertentu ? Tahukah anda, bahwa tingkat keilmuan kita saat ini tidak lagi diukur dengan gelar yang berjajar di sekitar nama kita?

Seorang hebat pernah mengatakan bahwa pendidikan formal tidak dapat mengalahkan pengetahuan yang diperoleh dari rajin membaca. Dengan menginvestasikan waktu 10.000 jam, belajar dan berlatih mengenai hal tertentu, misalnya memasak, main musik bahkan ilmu pemasaran, maka anda akan menjadi ahli dalam bidang tersebut secara otodidak. Jika kita hitung 1 hari = 24 jam, 100 hari = 2400 jam. Maka 10.000 jam itu hanya sekitar 417 hari, jika 24 jam full kita gunakan untuk membaca.

Kabarnya Beatles sebelum meledak sempat wara wiri main musik serabutan sambil terus belajar berkomposisi sampai lebih dari 5 tahun, di mana mereka menghabiskan 10 jam sehari bermain musik. Maka ketika meledak, mereka sudah menghabiskan waktu 18.000 jam untuk mengasah talenta musik. Contoh lain adalah Ade Rai, yang menjadikan fitness hobinya bertahun-tahun. Kini dia hidup sukses lewat industri fitness yang dicintainya.

Maka teman jika anda merasa hidup yang anda lakoni saat ini belum cukup memuaskan hati, dalam arti mungkin pekerjaan saat ini tidak sesuai dengan hati atau hobi (tanpa bermaksud menjadi manusia yang tak bersyukur). Maka belum terlambat untuk menjadi ahli di bidang yang anda sukai, tanpa harus sekolah lagi. Mulailah sejak hari ini melahap semua buku tentang bidang yang anda minati dan yakinkan paling lama 10 tahun lagi anda sudah akan beralih menekuni bidang yang menjadi hobi anda.

Hukum 10.000 jam ini jika dapat kita terapkan pada anak-anak kita bukankan akan menjadi investasi yang dahsyat…? Untuk itu membiasakan anak membaca buku adalah mutlak diperlukan sejak sekarang. Lewat membaca kita dapat menemukan bidang apa yang diminati anak melalui buku-buku yang digemarinya. Pada diri anak-anak kita terdapat potensi luar biasa, tinggal bagaimana kita menemukan dan mengelolanya. Mungkin ada beberapa bakat dan hobi anak kita yang mungkin potensial untuk dikembangkan.

Belajar membaca sejak dini tidak otomatis membuat anak menjadi pecinta buku. Kitalah yang menularkan kebiasaan luar biasa ini pada anak, dimulai cukup dengan membacakan buku 20 menit sehari sejak dini. Selain itu anak juga butuh role model orang tua yang mencintai buku.

Alhamdulillah, di rumah saya buku bertebaran di mana-mana. Saya tidak pernah berusaha merapikannya, karena percuma. Dalam waktu singkat akan segera kembali berantakan lagi. Semua anak saya suka buku, begitupun saya dan ayahnya. Tumpukan buku dan majalah di setiap sudut rumah adalah hal yang biasa. Investasi kami untuk buku jauh di atas budget kebutuhan tersier lainnya. Bahkan anak-anak jika diberi pilihan buku atau mainan dengan kisaran harga yang sama, maka mereka akan pilih buku. Tinggal saya dan ayahnya yang dikejar-kejar untuk membacakan buku karena 3 dari 4 anak kami masih belum bisa baca.

Jika anda belum memulainya dengan alasan tidak hobi, maka cobalah berpikir ulang dan lihat manfaatnya. Knowledge is Power, buku adalah sumber knowledge yang luar biasa. Mulai dari sekarang jadilah Smarter Parents dengan meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca dan membacakan buku bagi anak-anak anda.

Get Smarter Every day…
Sumber :Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Senin, 05 April 2010

0 0 Terjemahan Terjemahan Nyalakan penerjemahan di tempat Nyalakan pelaporan di tempat Beri suara untuk terjemahan Aplikasi Terjemahan 0 Permintaan

Pernahkah Anda merasa terkubur dalam hidup Anda sehari-hari ? Seakan-akan Anda tidak lagi memiliki diri Anda sendiri, tidak punya waktu dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang memang benar-benar Anda inginkan bukan sekedar kewajiban sebagai ibu, isteri dan wanita pekerja ? Merasa terlalu tua untuk memulai segala sesuatu dari awal, padahal saat ini anak-anak tidak lagi membutuhkan 100% kehadiran Anda?

Pernahkah Anda bercermin dan menatap wajah orang yang tak berdaya di dalamnya, terpekur merasa belum melakukan apapun yang berarti dalam hidup ini, selain berbakti pada keluarga, hanya suami dan anak-anak dalam dunianya? Pernahkah Anda merasa tertinggal dari rekan-rekan Anda wanita yang berkarier di luar rumah, menghasilkan banyak uang dan melakukan apapun yang mereka inginkan. Sebenarnya terbersit sedikit rasa iri dalam hati tapi kemudian Anda menghibur diri dengan mengatakan apa yang sedang Anda jalani lebih mulia karena tugas isteri dan ibu yang paling penting diberikan Sang Pemilik Hidup adalah berada di rumah dan memastikan rumah tangganya baik-baik saja. Anak-anak dan suami Anda dirawat dengan sempurna dan ikhlas oleh tangan cekatan Anda sendiri.

Sayangnya, kemudian Anda lupa merawat diri Anda sendiri, baik secara lahir – tubuh Anda menjadi begitu berat dan tidak energik. Tidak lagi bebas memilih pakaian, bahkan untuk bersolek di depan suami karena tumpukan lemak yang ingin Anda sembunyikan. Juga batin – kemampuan intelektual dan emosional Anda ikut kering dan beku, bekerja sekedarnya sesuai kebutuhan ibu rumah tangga yang umum. Pikiran Anda tidak setajam dulu – sedikit berkarat dan terpasung, tak mampu lagi mengerjakan soal matematika sederhana tanpa bantuan kertas dan pena, atau Anda merasa kesulitan menyusun kalimat yang tepat saat harus sedikit memperjuangkan kebutuhan Anda di hadapan suami yang gemar melarang.

Anda tidak pernah membuat target dan perencanaan apapun yang menuntut otak Anda bekerja lebih keras apalagi menghasilkan sesuatu yang dapat menunjukkan kemampuan berpikir Anda. Tak ada lagi buku yang pernah Anda baca dan serap sampai tuntas untuk menambah wawasan dan mengisi bejana intelektual Anda yang pernah begitu penuh saat Anda menjadi pelajar atau mahasiswa.

Yang paling menyedihkan adalah kehilangan gairah hidup dan cita-cita yang pernah Anda miliki dulu, waktu Anda di sekolah atau kuliah, saat Anda merasa hidup masih memberi Anda hak merencanakan cita-cita setinggi bintang di langit.

Yang Anda lakukan setiap hari cukup melaksanakan kewajiban di rumah untuk suami dan anak-anak dengan penuh keikhlasan hanya mengharap pahala dari Sang Pemilik Hidup. Itulah tujuan hidup Anda saat ini, tak ada lagi cita-cita apalagi masa depan bagi hidup Anda.

Anda merasa cukup dengan going with the flow, tidak lagi punya hasrat untuk mengendalikan hidup Anda lagi. Anda yakin apa yang ada lakukan sudah bernilai ibadah dan akan membawa kebahagiaan di dunia dan akherat.

Apakah ini salah ?
Tentu saja tidak, kalau Anda belum tahu bahwa kita wanita, juga punya potensi, hak dan kewajiban untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik. Meski anda tetap fokus mengurus rumah tangga, Anda dapat memulai usaha Anda dengan membuka pikiran akan hal lain yang dapat anda perbuat dari rumah.

Tapi Saya yakin, dengan memilih untuk terus membaca note ini, maka Anda termasuk wanita yang masih memiliki hasrat terpendam untuk memberikan yang terbaik bagi dunia, membuat perubahan bagi kebaikan bumi, menghasilkan banyak uang dan yang utama menjadikan hidup Anda begitu bermanfaat tidak hanya bagi keluarga Anda sendiri tapi juga untuk umat dan alam semesta, sehigga Sang Pemilik Hidup semakin Ridho pada Anda karena telah menggunakan segenap potensi dariNya dengan maksimal untuk memperbaiki dunia milikNya yang mulai berantakan sebagai ulah manusia lain yang tidak semulia Anda. Anda setuju dan sependapat dengan Saya ?

Then the time is set, waktu Anda sudah tiba untuk mulai bangkit dan bergerak, nyalakan BOM WAKTU yang sudah terpasang dalam diri Anda sebagai default factory setting dari Sang Pencipta, dan MELEDAKLAH ! Gali semua potensi yang Anda miliki. Perbaharui cita-cita Anda. Kembalikan keinginan Anda untuk merengkuh dunia. Berbekal kebijaksanaan yang telah diberikan hidup, kepercayaan diri yang baru, kamauan untuk terus tumbuh dan belajar, maka tak akan ada lagi halangan yang tak dapat ditembus atau masalah tanpa jalan keluar. Semua MUNGKIN dan tak ada yang MUSTAHIL dalam hidup ini selama kita YAKIN. Semua ini kita lakukan dengan niat ingin menjadi manusia yang terbaik, dengan menjadikan hidup kita manfaat yang tak terbatas bagi sesama manusia dan alam semesta. Meski semua tetap dikerjakan tanpa banyak keluar rumah.

Maka Ridho Sang Pemilik Hidup akan senantiasa bersama kita. Memudahkan setiap langkah yang kita buat menuju hari esok yang ebih baik. Amiin. By: Arifah handayani


Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Ketika Anak Bertanya pada Ayahnya Pesan Baru

"Abi..Kok ngga kerja?"

Itu pertanyaan Naya, puteri saya yang berusia mendekati 2 tahun 9 bulan yang diajukan Senin pagi kepada saya.Karena, saat itu saya ada di rumah, sedang menyelesaikan materi presentasi pelatihan menulis di laptop.

Saya sejenak terdiam. Bisa saja menjawab panjang lebar tentang apa itu kerja kepada Naya, bahwa kerja itu tak perlu pergi ke kantor, bisa dilakukan di rumah.

Tapi, sesuai dengan apa yang dianjurkan Rasulullah, bahwa berbicaralah sesuai dengan bahasa akal dari orang yang diajak bicara; maka saya pun sejenak memahami dulu apa yang dipikirkan Naya tentang kerja.

Mungkin saja, karena sekali-kalinya saya kerja kantoran, sejak Naya lahir adalah selama 3 bulan berangkat pagi jam 06.30 dan pulang jam 18.30; setiap hari.. Senin - Jum'at, kalau Sabtu pulangnya jam 17.00.

Sepertinya, yang dipahami oleh Naya tentang kerja adalah 'pergi keluar rumah jam tertentu dan pulang kembali pada jam tertentu'.

Hmmm.. dengan pemahaman itulah saya berusaha menjawab pertanyaan Naya...

"Sayang.. Abi hari ini libur, kerjanya di rumah, sambil nemenin Naya... mau ditemenin nggak?"

Naya senyum, manis banget.

"Mau dong.." kata Naya.

Saya pun kemudian menyanyikan magic song.. lagu pramuka yang ampuh untuk anak-anak..

"Siapa suka hati dipangku Abi..."

Naya bergerak ke pangkuan saya..

"Siapa suka hati cium Abi..."

Naya pun mencium saya.... Naya berhenti bertanya, walaupun saya tahu, jawabannya tak memuaskan, tapi paling tidak, pertanyaannya ada respon.

(Lagu ini hanya ampuh untuk anak-anak, tidak untuk isteri atau orang dewasa lainnya.. hati-hati..).

Memang anak-anak punya seribu satu pertanyaan setiap hari; dan ada orang tua yang menjawab berdasarkan kepintaran dirinya, ada juga yang menjawab dengan terlebih dahulu memahami persepsi anaknya. Tentu tak sederhana, tapi tak salah untuk dilakukan.

Saya jadi ingat dengan kisah yang saya dapat dari milist.

Ada seorang anak usia SD yang bertanya kepada ayahnya yang sedang sibuk baca koran.. Anak itu mendatangi ayahnya dengan membawa selembar kertas dan pulpen.

"Ayah.. sex itu apa ya...?"

Ayahnya berhenti sejenak dan memperhatikan anaknya. Dalam hati dia berkata.."wah.. anakku mulai bertanya tentang sex... belum waktunya.."

Akhirnya ayahnya menjelaskan tentang sex, seperti menjelaskan pelajaran biologi, kadang dibantu dengan gerakan tangan. Anaknya bengong dan menyodorkan selembar kertas...

"Ayah... di formulir ini ada yang harus diisi, setelah nama dan tanggal lahir, ada pertanyaan sex, isiannya kecil M/F (Male/Female). Kalau penjelasannya panjang begitu, gimana ngisinya..."

Anaknya bingung. Ayahnya melongo...

Si Ayah menjawab berdasarkan kepintarannya, tapi tak cukup cerdas memahami persepsi anaknya. Hmm.

Kadang, anak itu bertanya tak butuh dijawab dengan detail, seringkali mereka hanya butuh respon, hitung-hitung sedang menarik perhatian. Bukankah banyak orang tua yang ketika ditanya anaknya, kebetulan lagi baca koran, masak, atau ada aktivitas lainnya, malah merespon dengan tak seharusnya; apakah kata-kata atau malah intonasinya.

Yakinlah, ketika anak bertanya, sesungguhnya pikiran bawah sadarnya terbuka, sehingga kita bisa memberikan informasi yang banyak bagi mereka. Oleh karena itu, dorong anak untuk bertanya dan respon dengan baik. Perlu kepintaran untuk menjawab dan perlu kecerdasan untuk menjawab sesuai kebutuhan.
BY:Baban Sarbana

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Mempersiapkan Calon Generasi Cerdas, Aktif dan Kreatif Pesan Baru

Saya bukan seorang psikolog atau pendidik anak usia dini. Pantaskah saya menjawab pertanyaan semacam ini. Atau sebaiknya saya suruh Smart Parent yang bertanya cari buku tentang masalah itu saja. Soalnya yang bertanya adalah seorang ayah, dari profilnya Ia adalah orang yang berpangkat dan disegani.

Dalam bimbang, saya teringat keempat anak saya dan polah tingkahnya. Sejauh ini ingin saya berbangga dengan tumbuh kembang mereka, tanpa menjadi jumawa. Saya harus bersyukur anak-anak saya berpotensi menjadi calon generasi yang cerdas, aktif dan kreatif. Dan pengalaman dalam mengasuh, mendidik dan mendampingi mereka selama ini mungkin harus saya bagi ke sesama orang tua. Bukan karena saya merasa sudah menjadi Smart Parent (We never be smart enough for them), lebih karena saya ingin share dan mengharap timbal balik aktif dari ortu yang lain. Mari kita bertukar info dan pengalaman sehingga kita makin kaya dan tambah cerdas tentunya. Akhirnya saya rangkum pengalaman saya, dan share dengan Ayah tersebut.

Ada 8 poin yang berhasil saya rangkum dari pengalaman saya berusaha menjadi ortu cerdas, yaitu :

1. Beri lingkungan untuk tumbuh kembang yang bahagia, buatlah anak-anak kita sering tertawa. Jauhkan dari stress ortu atau pertengkaran orang dewasa. Bahagia menghasilkan stimulasi positif di otak sehingga meningkatkan kecerdasannya. Bukan berarti anak sama sekali tidak boleh menangis. Disiplin dengan reward dan punishment tetap harus ditegakkan. Jangan sampai anak menjadikan tangis senjata untuk memperoleh semua kemaunanya.

2. Latih Mandiri, beri kesempatan anak seluas dan sedini mungkin untuk bermimpi, berbuat dan menembus batasan diri mereka. Agar segera mampu memenuhi semua kebutuhan mereka sendiri tanpa bantuan. Mulai kebutuhan bergerak, meraih, tengkurap, merangkak, duduk, memanjat, berjalan dan berlari – hingga kebutuhan berkomunikasi, makan dan minum, mandi dan berpakaian, bermain dan berangkat ke sekolah – harus dapat segera mereka kuasai dan lakukan sendiri tanpa bantuan. Jangan sampai anak tidak tahu batasan dirinya karena tidak mandiri, terbiasa orang lain melakukan semua untuknya

3. Tanamkan rasa percaya diri, sesudah anak berhasil mandiri sesuai umurnya. Mengenali kemampuan diri akan membangkitkan rasa percaya diri anak akan kemampuannya. Sehingga kita dapat memotivasi mereka untuk dapat belajar melewati batas kemampuannya itu. Jika kita ingin melahirkan generasi yang tangguh. Jangan lemahkan mereka dengan kecemasan dan kekuatiran ortu yang ngga rasional.

4. Bacakan buku yang bagus dan bermanfaat minimal 20 menit setiap hari dengan gaya pendongeng sejak bayi 7 bulan dalam kandungan. Kebiasaan ini akan membuat anak cinta buku dan hobi membaca. Ortu juga perlu memberi contoh suka membaca. Knowledge is power, remember…

5. Ajak anak bermain dengan sepenuh hati. Banyak permainan cerdas dan bernilai stimulasi tanpa perlu merogoh kocek. Misal bermain peran. Membuat mainan sendiri. Untuk yang kebih kecil ci luk baa dan di mana mainan ku juga sudah bagus.

6. Penting untuk mengajari mereka cara komunikasi, berdiskusi, berpikir, memilih dan mengambil keputusan sendiri sejak dini. Agar mereka segera mengenali hal penting yang diperlukan. Dengan begitu mereka tidak perlu menangis hanya untuk minta sesuatu. Katakan saja apa maumu, kita akan mendiskusikannya.

7. Ajak anak bergerak dan berolahraga. Motion will create positive emotion. Bersepeda, jalan pagi atau main kejar2an adalah alternatif yang murah meriah.

8. Jauhkan acara TV yang tidak mendidik, sejak bayi dalam kandungan saat mereka sudah bisa mendengar. Banyak acara TV yang mengumbar emosi negatif dan dialog yang merusak pikiran anak. Kata Kak Seto dan Bu Roosie (Reading Bugs), kalau mau bicara pendidikan anak matikan televisi. Selektif memilih acara dan menerapan diet TV akan bermanfaat dalam mendukung kecerdasannya.

Semua poin di atas jika dapat diterapkan dengan baik terutama di masa Golden Age anak (0 – 4 thn), akan membuat anak kita kaya pengalaman yang pada gilirannya akan menghasilkan kemampuan diri yang kaya juga. Sehingga anak berpotensi menjadi generasi yang cerdas, aktif dan kreatif.Mau tahu sejauh mana potensi anak kita sudah berkembang, dan keberhasilan tumbuh kembangnya ?

Tri Gunadi, OTR, S.Psi dalam sebuah Talkshow yang digelar Parents Guide Club mengungkapkan, setidaknya ada 10 ciri yang dapat diihat di diri anak usia 1-5 tahun, menunjukkan tumbuh kembangnya telah berjalan optimal. Yaitu :
1. Inquirers (Pencari tahu)
2. Knowledgeable (Berpengetahuan)
3. Thinker (Pemikir)
4. Communicator (Komunikatif)
5. Principled (Berprinsip)
6. Open Minded (Terbuka)
7. Risk Taker (Berani mencoba)
8. Well Balance (Seimbang)
9. Caring (Penyayang)
10. Reflective (Mampu berkaca diri)

Satu hal yang membuat saya berani menerbitkan tulisan ini, adalah karena saya melihat 10 poin di atas Alhamdulillah sudah terinstal di diri keempat anak saya dengan kadar yang berbeda-beda sesuai keunikan mereka sebagai hasil pendidikan dan pengasuhan di rumah. Mudah-mudahan ada manfaat dari tulisan ini.

Get Smarter Everyday…


Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Menjadi Ayah = Pilihan Sadar

Beberapa hari yang lalu seorang teman menulis tentang "harapannya" kepada sang (calon) istri agar dapat menjadi solehah dan sekaligus menjadi murobbiyah anak-anaknya kelak... Kucoba untuk menyelami kalimat ke kalimat, lalu merenungkannya......... hmmmmm

Namun, saya tergelitik untuk menambahkan pendapatnya, semoga bisa menyempurnakan...

Dalam mendidik anak-anak kita
Ayah adalah murobbi istrinya
Model sejati dari anak2nya. Model dari perilaku, akidah, ibadah dan juga karakter kepemimpinan....
Ayah adalah murobbi bagi anak2nya, sementara istri adalah guru bagi anaknya (murobbi lebih lengkap dari sekedar guru). Murobbi adalah juga seorang ayah, seorang guru/ustad, seorang pemimpin, dan seorang kawan dalam perjalanan....

Kelak di akhirat ayahlah yang akan ditanya mengapa anak menjadi begini dan begitu, barulah ibunya....
Ayah pun akan ditanya mengapa istrinya begini dan begitu...
Cinta yang tulus, nafkah yang halal, perhatian yang berkualitas adalah kewajiban ayah pada istri dan anak2nya, seberapapun sibuk ayahnya...
Kerjasama yang intensif dan padu mutlak dibutuhkan suami dan istri untuk membina anak2nya
Tidak bisa hanya diberikan pada salah seorang saja..tidak bisa..... tidak bisa
Perencanaan harus melibatkan keduanya agar anak2 kita bukanlah menjadi anak biologis dan hasil senang2 semata
Tetapi menjadi anak2 masa depan, menjadi anak2 yang siap berhadapan dengan masanya..... Yang akan menjadi permata yang berkilauan kelak, meski kini masih menjadi batu kali.

Maka ketika mencari istri yang solehah, ketika kita akan berpangku dan mengandalkan istri kita, yang pertama harus kita lakukan adalah menjadi pria yang soleh dan bertaqwa pada Alloh. Mencintai istrinya dengan ikhlas dan apa adanya, dengan tetap bersemangat memperbaiki kelemahan istrinya. Menjadi ayah yang selalu berkomitmen untuk memberikan waktu bagi anak2nya, perhatian berkualitas bagi anak2nya, ayah yang berani meminta maaf ketika memang berbuat kesalahan pada keluarganya kemudian memperbaiki diri,

Bukan ayah yang yang di atas nama kesibukan pekerjaan, kesibukan aktifitas apapun, kemudian berdalih mengabaikan hak-hak anak dan istrinya.... Allah telah berjanji akan memberikan yang terbaik bagi orang-orang baik yang berusaha dengan usaha yang baik. Wa maa jazaaul ihsan illal ihsan......

Akhirnya tanggung-jawab mendidik anak yang soleh bukanlah sekedar tanggung-jawab seorang ibu yang solehah saja, tetapi juga bergantung pada ayah yang soleh pula, pemimpin sejati dalam keluarga muslim. Quu anfusakum wa ahliikum naaro.Selamatkan dirimu, dan juga keluargamu dari sentuhan adzab api neraka.

Ughhh betapa beratnya menjadi ayah..... Allohumma yassirnaa wa laa tu'assirnaa, Ya Allah mudahkan kami jangan sulitkan .... Karena semuanya akan kita lakukan.

Novi Hardian

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>