ADF.LY

Kamis, 25 Maret 2010

Dari Acara Bobo Fair di JCC dan Jakarta Bookfair di Istora : Bijak Mengatur Prioritas

Bukan mau bilang Bobo Fair ngga bagus, beberapa stand menawarkan gelar kreativitas yang menarik. Stand ilmu pengetahuan dan teknologi cukup menambah wawasan. Begitu juga beberapa yang lain.

Tadi siang saya ke sana bersama Netta dan Fella. Alih-alih bikin anak senang, saya justru bikin mereka manyun akibat banyak menggeleng.

Sangat disayangkan pameran didominasi stand permainan yang mengharuskan kita membeli produk seharga tertentu, untuk bisa main. Anak-anak jadi tergoda untuk konsumtif dan merengek minta dibelikan produk yang sebetulnya tidak diperlukan bahkan tidak baik jika dikonsumsi terlalu banyak. Untuk vitamin, susu, sereal sarapan dan produk kosmetik anak yang ngga akan langsung dihabiskan mungkin ngga masalah. Tapi bagaimana denggan produk permen atau snack ringan yang sarat MSG.

Saya sudah selesai belanja bulanan, tidak ada lagi budget untuk nambah susu dll. Sehingga dengan sedih saya harus menolak keinginan anak main di stand ini dan itu. Saya katakan, sayang kalau uang kita yang Alhamdilillah ngga banyak dibelikan hal yang ga manfaat. Hampir semua stand membuat kita harus merogoh kocek. Hanya sedikit yang tidak. Akhirnya kami hanya jalan-jalan dan menikmati sampel gratis yang memang hak kami karena masuk arena tiap pengunjung kena tiket 10 ribu.

Walhasil belum dua jam di sana saya ajak mereka pergi. Daripada ga bisa belanja di sini, mending kita ke bookfair. Cari buku yang bagus dan murah, jadi kita bisa beli banyak. Untung anak-anak saya begitu cinta buku, dan menganggap tawaran saya menarik.

Alhamdulillah, baru masuk sudah ketemu stand Syaamil kid, yang obral buku 5 rb dan 10 rb an. Seri KKPK dari Mizan dapat diskon 20%, senyum Netta pun mengembang. Dia dapat 3 buku. Fella dapat 4 buku Syamiil yang dipilihnya sendiri. Saya juga memilihkan beberapa buku tentang Rukun Islam untuk anak dan 4 buku untuk 2 jagoan di rumah. Untuk saya sendiri…? Seperti biasa, berkat anggaran yang banyak dipake anak, bundanya Cuma kebagian dikit. Saya beli buku tentang Be Your Own Doctor : Tubuh Anda adalah Dokter yang Terbaik karangan DR. Husen A. Bajry,M.D, Ph.d. Dan satu buku obralan tentang e-book, menerbitkan buku sendiri (sepertinya relevan dengan cita-cita yang terpendam).

Senangnya belanja buku. Sayang mereka tidak menjual buku yang sedang saya cari, dari Ayah Edy. Seandainya dana untuk beli buku bisa tak terbatas…

So, kalo weekend ini ngga ada acara sok deh ngintip ke sana mereka ada sampai tanggal 5 Juli. Tapi bijaklah atur prioritas, semoga bermanfaat.

Get Smarter Everyday…!
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Kisah Full Time Mom

Aku termasuk orang yang tersesat di jalan yang benar. Diawali dengan mendapat ijab sah sebelum ijasah, sehingga pendidikanku di IPB tertunda penyelesaiannya. Ku pikir ijab sah tidak akan menghalangi ijasah, karena skripsi ku tinggal ditulis, data sudah diolah. Ternyata ada satu konsekuensi logis dari ijab sah, get pregnant…!! Moodku jatuh… Skripsi tertunda.

Jadilah aku terpuruk dalam tugas mulia menjadi ibu rumah tangga. Waktu Netta, putri sulungku umur 3 tahun, aku mengumpulkan semua yang terserak dari cita-citaku, menjadi ibu rumah tangga putus kuliah adalah beban moral… Sesuatu yang kumulai harus ku selesaikan kalau tidak maka aku bukanlah Aku. Maka dengan gundah ku telusuri kemungkinan penyelesaian studiku… Terbersit keyakinan pasti bisa.

Alhamdulillah, aku harus buat penelitian ulang. Kali ini dosen memudahkanku dengan mengusulkan mencari data time series dan studi pustaka saja. Dua dosen pembimbing, ketua dan sekretaris jurusan, pegawai perpustakaan dan semua orang yang terlibat penyelesaian studi memberi kemudahan. Mungkin mereka melihat semangatku sebagai mahasiswi kadal hampir 9 tahun, hanya tinggal sisa-sisa jika dipersulit pasti apinya mati. Mereka menghargai sulit jalan yang ku tempuh, datang ke kampus harus menggendong Netta yang baru 3 tahun umurnya karena tak ada tempat menitipkan dia. Gaji suamiku hanya cukup untuk biaya penyelesaian kuliah saja tak ada budget untuk pengasuh, maka ku bawa saja dia ke kampus. Tidur siangnya harus pindah di lab atau di perpustakaan yang jauh dari nyaman, tapi ia tak pernah rewel. Menghias kampus dengan canda cerianya. Hingga mereka yang mengenalnya akan bertanya jika Netta tak ada di sisiku.

Semua selesai hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan berkat segala kemudahan yang ku terima, tanpa melanggar prosedur. Mungkin Allah SWT meridhoi usahaku memenuhi janji pada Mama, menyelesaikan kuliah. Saat itu aku merasa full of spirit lagi, tinggal… reach out n fly… tomorrow will be in my hands… Aku punya cita-cita lagi… Jabatan sebagai Ibu Rumah Tangga akan segera kutinggalkan.

Tapi Sang Maha Berkehendak punya rencana lain, belum sampai hari wisudaku, aku hamil lagi. Saat ijasah keluar, kandunganku sudah 5 bulan. Tidak mungkin berburu pekerjaan, mana ada yang mau terima ibu hamil. Ijasah kusimpan, masih optimis ku undur rencana cari kerja setahun lagi.

Fella pun lahir. Menjelang selesai masa ASI eksklusifnya aku mendengar ada lowongan jadi guru. Syaratnya cukup ijasah S1 dan menguasai bahasa inggris. Wah, Aku banget. Ku keluarkan ijasah. Kalau suami gajian, aku akan ke kampus buat legalisasi. Belum sampai ketemu tanggal gajian, aku terima kenyataan hamil lagi. Oke, rencana cari kerja ku tunda lagi.

Faza lahir dengan segala komplikasinya, sementara urusan cari kerja terlupa. Waktu kondisi Faza membaik dan stabil, cita-cita mencari kerja menyeruak ruang hati lagi. Betapa inginnya aku berhenti menulis status pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Ada lowongan guru kursus bahasa inggris. Di NF kalau ga salah. Ku keluarkan ijasahku lagi, mengingat aku belum jadi buat legalisasi. Apa mau dikata, Allah SWT selalu berkehendak lain dari mauku. Aku hamil lagi, yang ke 4.

Dengan kondisi Faza, Fella yang masih kecil dan kehamilanku, hingga kelahiran Ghazi, perlahan ku kubur cita-cita mencari kerja dalam-dalam di hati. Mungkin rizki ku bukan berbentuk harta dan tahta. Tapi cinta dan kasih sayang. Investasi yang kutanam dan kurawat subur di diri tiap anak ku. Kuperindah mereka dengan takwa dan ilmu. Semampu ku, sebesar ilmu yang belum seberapa ku miliki.

Cita-cita ku pun beralih, ku ingin jadi bunda yang selalu mencari ilmu, memberi dan melakukan hanya yang terbaik bagi anak-anak ku. Hingga Allah SWT berkenan membantuku mendidik mereka menjadi generasi yang kuat, pejuang bagi umat dan agama Nya. Bukan sekedar penyejuk mata, tapi ingin ku lihat mereka menjadi Muttaqina Imama, seperti dalam doa. Bukan cita-cita sederhana, banyak hal harus ku cari dan pelajari untuk mewujudkannya. Tapi akan ku upayakan semaksimal mungkin.

Hingga tiba satu saat, seorang ipar menegur. Kenapa kamu ngga cari kerja, kan sudah sarjana. Sampai kapan mau bergantung pada pencaharian suami? Ngga mau punya penghasilan sendiri? Jangan malas, mumpung umur masih bisa dijual. Hati ini tersentak seperti ditantang ribut. Ada sesuatu yang belum sempat kubuktikan. Aku juga bisa menghasilkan, bukan anak saja yang dibanyakin. Aku bakal punya sesuatu untuk kubanggakan. Sepertinya aku mulai disorientasi.

Berkaca aku, kulihat wanita tanpa cerita diri, kisahnya hanya tentang anak-anak saja. Banggakah aku dengan hidupku? Mama pasti kan kecewa melihatku tak punya ruang di dunia. Hanya di rumah tanpa masa depan. Sesuatu harus dirubah, banyak yang harus dibenahi. Aku bangga menjadi ibu ke-4 anakku, tapi aku belum bangga dengan hidupku sendiri. Astaghfirullah betapa kurang bersyukurnya aku saat itu.

Proses berjalan, ku mulai transformasiku dengan merapikan diri. Timbunan lemak harus turun, tubuh dan penampilan harus ramping, energik dan fit lagi. Seperti aku yang dulu. Akupun berubah, cahayaku yang redup mulai bersinar. Hati dan pikiran bangkit, aku harus mulai cari peluang lagi. Allah SWT yang Maha Mendengar tetap memberi sebuah jalan.

Aku ingat betul hari itu, 13 – 15 Maret 2009. Yaa belum lama, sebuah seminar merevolusi cara pandangku. Setiap orang punya potensi menciptakan peluang, yang paling mungkin di sekitarnya. Dan nothing is impossible, kalau kita cukup punya mimpi dan bahan bakar untuk mewujudkannya. Betul, peluang pun tercipta.

Sayang saat itu aku salah arah, meski Sholat Dhuha sudah ku lakukan untuk memastikan langkah. Aku pun berlari mengejar peluang tanpa ingat anak-anak yang ku tinggal di rumah. Ku pikir, sudah ku lakukan semua. Cukup waktu untuk jadi ibu rumah tangga saja. Waktuku sudah tiba untuk berkarya.

Hasilnya… untung belum kuraih rugi sudah kutanggung. Hari anak-anak ku berantakan. Sholat mereka kacau, disiplin dan kemandirian terlihat nyata hilang arah. Diet TV, aktivitas luar rumah semua ngga terjadwal. Meski pengasuh mereka handal, ternyata tak cukup menggantikanku. Mereka terlihat kurang bahagia, kalau boleh ditanya mereka mau bundanya di rumah saja. Dalih mencarikan tambahan income sepertinya terlalu mengada-ada, terdengar seperti gerutu kurang syukur akan nikmat yang ada.

Harus ada yang direm. Peluang harus dicari tapi tidak dengan membabi buta. Pasti ada cara yang bisa mengakomodasi semua kepentingan. Mungkin ini hikmah yang harus kupetik. Padahal dalam perjalanan mencari peluang selama 2 minggu, Allah SWT sudah mempertemukan aku dengan lebih 20 pasangan tanpa anak yang begitu mendambakannya, tapi tak seberuntung aku. Aku baru tahu ini maknanya. Anak-anakku harus come first, apapun keputusan yang kubuat. Itu tanggung jawab terbesarku, yang akan dimintai laporan di akhir hayat.

Dan here I am, hadir di hadapan teman-teman menuliskan satu per satu, apa yang ada di hati dan pikiran. Sesuai petunjukNya, demi menambah amal dari manfaat yang mungkin kutebar lewat tulisan. Sambil berharap suatu saat ada peluang datang, memberiku kesempatan melahirkan karya. Dan meletakkan namaku di percaturan dunia, sebagai satu wanita yang bercita-cita merubah dunia dengan tangannya, tanpa banyak meninggalkan masterpiece garapannya.

Netta, Fella, Faza dan Ghazi. Sumbangsih terbesar yang mungkin kuberikan bagi umat dan agama. Kalau aku belum berhasil mewujudkan cita-cita di masa kini. Mungkin mereka kelak yang akan melakukannya, empat kali lebih baik dan empat kali lebih hebat. Menjadi manusia yang empat kali lebih manfaat. Yaa mereka berempat. Semoga, Amiin..Amiin.., Allahumma Amiin.

By Arifah Handayani

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Dari Materi Talkshow by Ibu Roosie Setiawan : Smart Parents Harus Rajin Membacakan Cerita untuk Anak

Menurut Ibu Roosie Setiawan dari Reading Bugs – Komunitas Read Aloud Indonesia, dalam talkshow Parent Guide Preschooler Club “Cara Sederhana Mempersiapkan Anak Belajar Membaca”, membacakan cerita adalah hadiah terindah yang dapat diberikan Smart Parents kepada anak-anaknya. Cukup 20 menit sehari sejak anak 7 bulan dalam kandungan, akan memberi kontribusi besar pada perkembangan otak dan persiapan anak belajar membaca. Anak yang sering dibacakan cerita oleh ortunya akan dengan mudah tumbuh menjadi individu yang gemar membaca, hal yang sangat dibutuhkan untuk menjadi manusia yang sukses. Knowledge is Power, dan membaca adalah salah satu cara hebat untuk menambah knowledge.
Membacakan buku tidak sama dengan mendongeng, walaupun seringkali pada pelaksanaannya mirip jika ortu sudah cukup ahli membaca cerita dengan gaya pendongeng. Membacakan cerita dengan bahasa buku dapat memperkaya kemampuan verbal anak (ex. menyusun kata dalam kalimat, memperkaya perbendaharaan kata dan terbiasa mendengar susunan kalimat yang terstruktur) dibanding bahasa sehari-hari.

Persiapan sebelum membaca cerita :
1.Cari buku yang baik, yaitu yang mengandung pengetahuan dan sarat pesan moral
2.Pilih buku sesuai usia anak
3.Ajak anak saat membeli dan memilih buku yang ingin dibaca
4.Buku sebaiknya di atas ‘reading level’ anak, tetapi masih dalam ‘listening level’ mereka

Jangan mematahkan pertanyaan anak ketika kita membacakan cerita, bahkan kita harus menstimulasi anak untuk bertanya. Ini merupakan cara melatih anak berpikir kritis dan analitis, kebiasaan bepikir saat dibacakan cerita disebut ‘think aloud’. Dengan selalu menjawab pertanyaan anak saat dibacakan cerita dan memuaskan rasa ingin tahu mereka akan membangun persepsi buku adalah sumber pengetahuan, tempat menemukan hal baru yang belum mereka tahu. Untuk itu biasakan melakukan pra baca, sebelum membacakan buku apapun untuk mengantisipasi kemungkinan pertanyaan dan mencari celah untuk melontarkan stimulasi.

Tips dalam membacakan cerita :
1.Bacakan dengan hati, menggunakan cara paling ekspresif dan menarik.
2.Jangan terlalu cepat, usahakan menggunakan suara/intonasi berbeda sesuai karakter, juga gunakan tehnik fast, slow dan pause saat membaca.
3.Lakukan dramatisasi, gunakan efek tertawa/tergelak, merengek, menjerit, berbisik, sedih, meraung dan suara binatang sesuai karakter dalam cerita.
4.Gunakan ‘body language’.
5.Saat cerita dibacakan, lakukan hal berikut :
Tunjuk halaman depan, sebut judul buku dan tema cerita
Sebutkan pengarang dan ilustrator untuk membangun apresiasi hasil karya
Tunjuk tiap kata/dialog dengan jari saat membaca untuk membantu anak membuat gambaran di dalam imajinasinya
6.Jangan lupa untuk selalu menstimulasi dengan pertanyaan cerdas seputar cerita dan pertanyaan pancingan tentang kelanjutan cerita menurut anak. Biarkan mereka bertanya.
7.Beri kesempatan anak bercerita dengan bahasa mereka, biasanya setelah beberapa kali dibacakan buku yang sama anak 3 tahun sudah mampu menceritakan kembali.
8.Jadikan momen membaca cerita sebagai media komunikasi yang menyenangkan.

Jangan berkecil hati dan merasa dinilai anak jika ortu belum mampu membaca cerita dengan gaya pendongeng profesional. Anak akan lebih menghargai waktu anda yang mereka terima, setelah seharian sibuk bekerja mencari nafkah.
Kebersamaan yang menyenangkan saat orang tua membacakan cerita akan membangun asosiasi di pikiran anak bahwa membaca itu menyenangkan. Banyak hal baru yang mereka temukan sehingga terbentuk satu rasa dari buku diperoleh hal indah dan menyenangkan sehingga tumbuh rasa cinta pada buku. Anak memperoleh ‘reading role model’ dari ortunya sendiri.
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Lanjutan (by Arifah Handayani)

Kalau boleh dikatakan kasus Faza adalah titik tolak dan batu loncatan saya untuk menjadi manusia yang mendekat pada Allah, bersyukur, ikhlas dan selalu berusaha berbuat yang benar…

Faza masuk rumah sakit umur 2 hari. Perutnya membesar dan keras. Muntah-muntah berwarna hijau dan ga bisa masuk asi. Masih dengan luka habis melahirkan dan tubuh yang belum fit saya menungguinya. Residen anak dan bedah di UGD menyatakan anak saya mengalami obstruksi (sumbatan) usus. Menurut mereka 80 – 90% harus operasi hari itu juga. Itu hari jum’at, bulan Ramadhan masuk 10 hari terakhir. Saya ingat betul nggak lama setelah itu Ayah pamit mau sholat jum’at. Saya bilang : Yah, Bunda titip doakan Faza mereka bilang 90% operasi, Bunda ga trima. Kita pegang yang 10%, mohon pada Allah diberi keringanan untuk Faza. Jangan sampai operasi, ini ramadhan dan Ayah puasa. Insya Allah doanya makbul.

Ngga lama suami berangkat jum’atan, suster UGD panggil saya. Ada sampel darah yang harus dikirim ke Lab di Perinatology. Saya tanya di mana tempatnya, dia bilang di belakang gedung. Apa ngga bisa tunggu suami saya, saya belum fit, jahitan masih nyeri. Keburu darahnya beku, ngga bisa. So, berangkatlah saya, ternyata benar tempatnya jauh. Dengan hati yang mengharu-biru dan jahitan yang nyut-nyutan saya mencari tempat yang disebut. Air mata ngga berhenti menetes memikirkan nasib Faza yang terbaring di UGD, mulut ini hanya mampu bergumam Laa khaula wa laa kuwwata illa billa… Ajaib langkah saya makin kuat dan hati ini makin tegar, meski ngga sholat dan puasa saya bisa merasakan Allah SWT menguatkan saya.

Sekembalinya saya dari lab Perina, seorang suster sedang pasang infus di tubuh Faza, ngga dapat-dapat. Faza menangis keras, hati ini teriris. Saya pun menangis sedih sekali. Andai Bunda dapat mnenggung sakitmu, Nak. Berikan pada Bunda. Suami yang datang dari sholat jum’at memeluk saya, dia pikir ada apa-apa. Bunda ngga tahan liat dia di infus, gimana operasi. Bayi sekecil itu dibedah perutnya. Pokoknya jangan sampai. Yaa Allah, tolong putra harapan saya. Hanya padaMu hamba menyembah dan minta pertolongan. Cuma kalimat itu yang dapat saya bisikan dari siang sampai malam itu. Semua persiapan operasi terus dilakukan.

Saya tetap pegang yang 10% dan mohon Allah SWT berkenan menolong. Semua kenalan mama, saya telepon. Dari mulut mereka memang hanya operasi solusinya. Jadwal pun ditentukan, karena anak saya muntah terus perutnya pasti kosong. Maka operasi direncanakan dilakukan tengah malam ngga pake puasa. Saya masih berdzikir dengan penuh harap dan damba pertolongan Allah kan datang tiba-tiba.

Menjelang tengah malam dokter spesialis bedah yang mau eksekusi datang, lihat kondisi anak saya tanya ini itu, semua pertanyaan saya yang jawab. Residen dah ganti beberapa kali yang buat tindakan ganti-ganti, semua jalani perintah ga ada yang punya skenario. Jadi waktu dokter itu tanya saya lebih cepat bisa jawab, status faza seharian itu saya hafal luar kepala. Semua tindakan dan obat yang diberikan saya tahu tanpa ada yang mis. Dokter itu sampe tanya apa saya orang medis, bukan kata saya.

Apa betul anak saya perlu dioperasi, tolong kasih alternatif lain pinta saya. Sebentar yaa Bu, katanya sambil cek semua data termasuk ronsen perutnya. Dokter senior itu berkata residen bilang ada obstruksi, tapi mana saya koq ngga liat. Hati saya berdebar penuh harap. Ini sih mekonium plak, rasanya ngga perlu operasi malam ini. Ia pun menegur residen di depan saya atas ketidakakuratan diagnosa mereka.

Alhamdulillah, sujud syukur ingin segera saya lakukan di situ, kalo ngga inget itu lantai UGD yang penuh kuman. Solusi untuk malam itu, Dokter suruh pasang pipa lewat anus dan dialiri cairan. Katanya itu akan mengeluarkan timbunan mekonium. Dan menghilangkan kembung di perutnya. Dokter senior pun pergi. Dasar residen skeptis, mereka bilang ibu jangan senang dulu kita belum tahu sebabnya ada timbunan mekonium. Kalau Hirschprung, maka tetap perlu operasi. Walopun mungkin ngga sekarang… Plong, yang 10% (katanya harus malam itu) berhasil dilewati… Insya Allah yang masih nanti-nanti ada jalan lain, begitu keyainan saya.

Faza dirawat 2 minggu… Sementara itu tidak ada tindakkan apa-apa… Rencana operasi pun ngga jelas… Yaa Allah SWT mohon hilangkan alternatif operasi dari status anak saya… Kalau ini ujian maka saya janji keluar dar RS saya jadi manusia yang lebih baik… Begitu banyak masalah orang kita lihat, kasus Faza paling ringan tak ada sesuatupun mengancam jiwanya… Kecuali bom waktu dari rumah sakit… Banyak pasien infeksi dirawat… Ada kemungkinan ketularan dan jadi repot… Saya pun bernazar, jika faza keluar RS tanpa operasi saya akan pakai jilbab.

Akhirnya saya bilang ayah, bunda dah ngga betah lagi di sini. Permintaan simpanan ASI sudah lewat kemampuan produksi. (Saya tidak bisa menginap di RS, masih ada Fella 15 bulan yang waktu itu harus saya beri ASI juga). Kita rawat dia di rumah aja yaa, yah? Bunda yakin? Tanya ayah. Yakin, kalo solusinya hanya bantu dia pup maka Insya Allah bunda bisa kerjain sendiri. Kami pun minta pulang paksa, RS melepas tanpa banyak ribut.

Jilbabpun saya kenakan sampai sekarang, meski belum sempurna. Ternyata di rumah Faza sempat bisa pup sendiri dengan lancar… Dua mingguan… Lalu mampet lagi… Ujian pertama di RS lewat, berikutnya merawat dia di rumah…

Kalau dokter itu bisa bantu Faza pup dengan masukin selang, saya coba cotton buds untuk merangsang pup Faza… Eh berhasil… Alhamdulillah untuk ide ini… Meski harus selalu bantu pup dan kentut Faza jadi ngga kembung lagi… Sayapun belajar akupresur untuk menghilangkan kembung… Alhamdulillah berhasil juga. Dengan doa saya mengurut perutnya, hati jadi begitu dekat pada Alah setiap kali saya tolong Faza.

Ujian berikutnya kalau Faza sakit. Ternyata semua obat berpotensi menyebabkan kembung dan beberapa konstipasi… Waah bahaya… Allah lagi menolong, Ia pertemukan saya pada seorang Ibu Urut yang mengurut dengan doa dan ayat Alqur’an. Ia juga mengobati dengan air putih yang didoakan. Selesai masalah, sakit apapun dengan minum air putih dari Ibu ini, dan Izin Allah tentu saja… Faza sembuh… Papa saya ribut… Katanya anak dokter koq pergi ke dukun… Kalau terapi yang dilakukan Ibu ini masuk kategori Ruqyah… Maka dia samasekali bukan dukun…

Masalah timbul waktu suatu hari Ibu Urut ini pulang kampung… Lama… Akhirnya dengan petunjuk Allah saya coba lakukan hal yang sama, mengurut dengan bacaan doa dan Alquran, serta mendoakan air putih untuk obat. Dengan segenap hati penuh harap hanya pada Allah… Bahkan saya juga meruqyah Faza, saat bertemu sepupu yang praktek Hijamah/ODT mengatakan ada gangguan makhluk lain di diri Faza… Karena anak itu sering bilang lihat ini itu di rumah...

Sempat deg-degan waktu Faza beres ASI eksklusif dan mulai makan… Ngerinya usus Faza akan bermasalah. Ternyata sebaliknya, Alhamdulillah dengan Izin Allah makanan membuat Faza mulai bisa kentut. Kembungnya jauh berkurang. Waktu umur setahun Faza mulai bisa mengeluarkan feses saat kena diare… Bahkan saat colon kosong (habis di tolong) Faza bisa pup sendiri sampai beberapa hari… Tergantung makanannya…

Dari kemajuan di atas, bukankah saya layak berharap suatu hari entah kapan. Faza akan bisa Pup sendiri tanpa harus operasi… Saya merasakan Allah SWT bersama kami selama ini… Faza jauh sekali dari gambaran anak sakit atau selalu tersiksa coba perhatikan fotonya…Semua orang yang kenal Faza ngga akan tahu masalahnya kalau tidak saya ceritakan…

Entah hikmah apa yang disimpan Allah SWT dari semua ini. Yang pasti kasus Faza membuat saya jadi manusia yang jauh lebih ikhlas, tegar dan mendekat pada Allah. Karena perasaan itu yang muncul setiap kali menterapi Faza lewat akupresure, doa dan air putih. Menjadi pribadi yang berusaha berbuat baik, menebar manfaat dan selalu siap menolong sesama adalah ekses berikutnya. Katanya Allah SWT akan ada dan menolong orang yang memudahkan orang lain. Setiap kali saya memohon jawaban untuk pertanyaan apakah saya harus merelakan Faza dioperasi… Jawaban yang saya peroleh justru pertanyaan…

Apakah Allah SWT menghendaki kasus ini selesai lewat sebuah operasi…? Mengingat buah hikmah dari kasus ini bagi kami begitu besar… Dan keraguan perlunya operasi tidak pernah pupus dari insting keibuan saya… Untuk apa saya memilih sesuatu yang begitu meragukan… Sementara saya selalu merasakan dengan begitu yakin pertolongan Allah datang membantu setiap saya butuhkan, meski belum menuntaskan semua masalah Faza. Faza sudah mengalami banyak kemajuan sejak hari lahirnya…

Apakah ini tidak berarti apa-apa…?
Buat saya begitu jelas dari keraguan di hati, bahwa menaruh Faza di meja operasi bukan opsi ikhtiar lagi. Bukankah kita bicara dengan voice of heaven lewat suara hati.
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Minggu, 21 Maret 2010

by Arifah Handayani

Faza anak ke-3 saya lahir dengan Hirschprung (otot usus besarnya gagal berkontraksi untuk mengeluarkan feces), ia menghabiskan 2 minggu pertama hidupnya dalam perawatan Perinatology RSCM. Saya membawanya pulang dengan tanggung jawab sendiri (pulang paksa) ketika tidak ada yang dapat dilakukan RS selain operasi.

Dapatkah anda bayangkan bayi 2 minggu (atau lebih tua ), harus menghadapi skalpel
di perutnya, usus besar yang bermasalah harus dipotong, lalu dilubangi perutnya untuk membuat saluran pembuangan sementara dan menyambung usus besar di situ. Dia harus pup lewat lubang itu untuk sementara waktu. Kemudian dia harus dioperasi lagi untuk mengembalikan semua, menutup perutnya dan mengembalikan usus besarnya ke tempat semula sebelum rektum.

Atau pilihan lain saya harus membantunya mengeluarkan feses, setiap kali dia harus pup..

Saya memilih untuk membantunya pup, hingga sekarang… Faza mulai bisa pup sendiri meski baru sedikit, umurnya 3,5 tahun…Dan saya masih meminta pada Allah SWT, diberi jalan lain yang lebih baik dari operasi. Saya yakin sekali, Allah SWT yang Maha Besar pasti punya alternatif lebih baik dari operasi Colostomy dan memotong usus yang diciptakan manusia, operasi itu terlalu menakutkan dan membuat saya tertekan..

Bagaimana jika para dokter itu gagal.. Atau anak saya mengalami malpraktek.. Sementaara saya menanti jawaban jalan keluar yang lebih baik, hati ini selalu bertanya-tanya apakah saya sebaiknya membiarkan Faza dioperasi saja setiap kali saya menolongnya pup. Saya belum mendapatkan jawabannya..

Saya masih tidak menginginkan Faza dioperasi, bahkan anak ini sudah dapat melantunkan do’anya sendiri.. (Yaa Allah mudah-mudahan Faza bisa pup sendiri, nggak usah ditolong Bunda… Faza nggak mau dioperasi…). Sejak mulai bisa diajak bicara saya sudah menjelaskan padanya ada alternatif operasi untuk menyelesaikan masalah pupnya. Saya katakan, Faza akan bisa pup sendiri, nggak usah ditolong Bunda lagi kalau dioperasi. Dia menolak dan berkata (Faza mau berdoa aja sama Allah supaya bisa pup sendiri). Kami pun tidak membicarakannya lagi, saya tetap membantunya pup.

Dan kemarin, sepasang suami isteri dokter muda berpikir mereka mungkin dapat merubak pikiran saya dan mengatakan, "We care about your son, not you or what you believe..." (Kami perduli dengan nasib putra anda, bukan anda ataupun keyakinan anda).

Saya katakan, Saya juga perduli tentang nasibnya. Tentu aja… bahkan yang paling perduli.. Dan saya tulis pesan berikut :

Saya hargai perhatian anda pada putra saya…
Tapi jangan kuliahi saya tentang operasi… Beberapa dokter pikir anak saya tidak akan bertahan hingga 1 tahun tanpa operasi… Nyatanya dia selamat, umurnya 3,5 tahun…

Saya yakin ada jalan keluar tanpa membedah perutnya… Saya selalu minta pada Allah SWT di beri jalan itu… Saya menangis pilu waktu seorang perawat memasang infusnya hingga berkali-kali dan gagal… Saya merasa sangat tertekan… Apa yang akan terjadi jika saya membiarkan Faza dioperasi dan gagal… Apa jadinya saya…

Anda tidak akan pernah tahu...

Kalau memang anda perduli, carikan saya info terbaru tentang bagaimana melewati Hirschprung tanpa operasi…

Orang sudah menemukan cara menyelamatka pasien jantung yang sudah harus di by-pass tanpa operasi… Hanya dengan memakai beberapa macam antioksidan dan menjalani gaya hidup sehat…

Dan beberapa pasien kanker stadium 4, RS dan dokter menyerah tidak dapat melakukan perawatan lebih lanjut, mereka pikir pasien tersebut akan mati sebelum 1 bulan. Tahu apa yang terjadi…? Pasien tersebut melakukan diet makrobiotik dan selamat… Tubuhnya bersih dari kanker sekarang..

Dokter terlalu mengikuti cara dalam bukunya… Lihat sekeliling … Allah SWT memberi kita begitu banyak jalan keluar untuk selamat…

Saya tidak akan membiarkan siapapun mengiriskan skalpel di tubuh anak-anak saya… Kecuali ini jalan terakhir untuk menyelamatkan hidup mereka… Ibu mertua saya tercinta meninggal karena operasi pemotongan usus yang gagal. Mereka tidak pernah tahu dengan pasti… Tapi hanya memikirkan operasi sebagai satu-satunya jalan. Dokter, begitulah mereka…

Anda tidak akan pernah tahu..

Keyakinan saya hadir dari hati seorang ibu yang terdalam, dengan penuh damba dia meminta Allah SWT memberinya jalan keluar untuk anaknya…Dan Allah SWT memberi keraguan dan pertanyaan di benak saya, sebagai jawaban… Tidak satupun dokter, ahli bedah atau residen yang dapat menjawab pertanyaan ini dan meyakinkan saya… Mereka adalah senior anda, tentu saja karena anda masih sangat muda (lahiran 81 & 83), mungkin cukup berbakat… Tapi pasti belum banyak pengalaman… Pernahkah anda menyaksikan bayi 1 tahun dengan hirschprung melewati tahun pertamanya tanpa operasi…?

Putra saya tidak pernah memakai obat dalam hidupnya karena ia tidak bisa… Obat farmasi dapat membuat perutnya membengkak karena kembung… Ketika ia sakit… Saya hanya dapat berdo’a dan membaca Alqur’an pada segelas air sesudah sholat… Mohon pada Allah dengan sepenuh hati dan damba untuk menyembuhkannya… Faza minum air itu… Tertidur … dan membaik… Saat panas menyerangnya, cara ini berhasil… Saat ia terkena sakit yang membuatnya muntah-muntah, cara ini pun berhasil…

Anda tidak akan pernah tahu…

Perawatan medis bukanlah satu-satunya jawaban untuk semua masalah dalam tubuh… Camkan ini di hati dan pikiran anda… Khususnya ketika perawatan yang dijalankan berdasar pada aturan buku yang ditulis oleh mereka yang tidak percaya Allah SWT dan Islam, sebagai satu-satunya jalan mencari jawaban…

Saya bukanlah dokter… Tapi saya dibesarkan oleh salah satu dokter terbaik yang saya tahu, mama saya… Saya tahu bagaimana anda mendiagnosa pasien, faktanya saya sudah mendiagnosa penyakit anak saya jauh sebelum anda menjadi dokter… Dan mencari jalan kesembuhan lain, tidak dengan obat farmasi…Biasanya anak saya selamat dan sembuh.. Jika butuh antibiotik, saya menghitung sendiri dosis untuk mereka… Dan saya benar, mereka sembuh… Bukan karena saya… Tapi karena saya selalu minta Allah SWT memberi saya petunjuk…

Jika saya merasa perlu pergi ke dokter… Saya akan pergi… Tapi saya tidak selalu merasa harus ke dokter…

Oke teman-teman dokter… Sekali lagi saya tidak mau berdebat…

Saya pikir, anda tidak benar-benar perduli pada anak saya… Tapi anda perduli pada keyakinan anda… perawatan medis adalah jalan terbaik untuk semua maslah tubuh manusia… Anda pikir ini juga jalan terbaik bagi putra saya…

Anda tidak akan pernah tahu…

Allah SWT Tahu lebih baik… Pernahkah anda berkonsultasi dengan-Nya… saat anda meyakini cara mereka yang tidak percaya Allah SWT dan Islam untuk semua perawatan medis yang anda lakukan… Bagamana mungkin saya dapat percaya pada anda..?

Nah, Smart Parents… Anda mungkin punya sesuatu dalam pikiran anda yang dapat membantu saya mencari jalan yang terbaik… Apakah anda pikir saya salah…?

Karena saya tidak merasa salah… Hidup putra saya tidak dalam bahaya… Untuk apa saya menempatkannya dalam bahaya dengan operasi, yang mudah-mudahan tidak ia perlukan… Ketika Allah SWT berkenan mengabulkan doa kami… untuk cara yang lebih baik…

Mohon do’a dari teman-teman sekalian untuk membantu doa saya dan Faza… Mengharap jalan yang terbaik, tanpa operasi…Allah yang Maha Besar… Mohon bantulah kami… Perkenankan doa kami… Amiin.

Get Smarter Everyday...

Salam,
Arifah Handayani
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

CERITA SEORANAG TEMAN

uatu hari di sebuah TK, murid-murid diminta menggambar dengan tema My Sweet Home. Menggambarlah gadis kecil ini, sebuah rumah dengan 4 orang di dalamnya. Kata
Bu guru gambarnya bagus.

Pulang sekolah, dengan tak sabar gadis ini menunggu kedua orang tuanya pulang kerja… Ia ingin menunjukkan hasil karyanya…

Ketika keduanya pulang ia pun mendekat dengan gambar itu di tangannya…

“Apa itu sayang…” sapa sang ayah.
“Ini gambar hasil karyaku di sekolah” jawabnya riang.
“Apa yang kau gambar, nak…?” tanya ibunya.
“Rumah kita…”
“Lalu anak ini siapa…?”
“Aku..”
“Yang ini siapa…?”
“Kakak..”
“Dan dua orang di belakangmu…?”
“Mbak dan Suster…”

Bagai disengat aliran listrik sang ibu tersentak. Hatinya teriris, ternyata sang anak kurang merasakan kehadiran mereka di Sweet Home nya… Sehingga sosok orang tua tergantikan dengan mbak dan suster di gambarnya… Dipeluknya sang anak erat-erat seraya berkata…

“Oh anakku, maafkan mama sayang…?” Air mata berlinang di wajah Ibunya. “Katakan apa yang harus mama lakukan agar kamu mau menggambar mama juga dirumahmu, Nak…?”

Kadang karena begitu sibuk dengan pekerjaan, orang tua lupa akan perasaan anak tentang ketidakadiran mereka. Orang tua sudah merasa aman dengan adanya pengawasan suster dan mbak. Mereka pun pergi pagi saat anak masih lelap. Baru pulang dan berinteraksi dengan anak mereka, ketika tenaga dan mental sudah letih di malam hari sepulang kerja.

Hasilnya, anak kurang merasakan kehadiran mereka. Punya dunia sendiri bersama pengasuh di rumah. Orang tua adalah tamu di rumah hatinya…

(Mudah-mudahan meski bekerja, Smart Parents sekalian tetap eksis di Rumah Hati anak-anak kita… Check Your position from time to time in their Home… Make it impossible for anybody to replace You… No matter how far or long you go from their side day after day…)

Stay Smart… Get Smarter everyday…

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Rabu, 10 Maret 2010

Assalamualikum WR. WB.
Renungan Ayat :

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya “ (QS. Ath-Thalaq: 2)

“….Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

“….Dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. (QS. Ath-Thalaq: 5 )

Nggak tangung-tanggung Allah Swt dalam salah satu surat, yaitu Surat Ath-Thalaq memberi reward bagi yang bertakwa?

1. Akan diberi kermudahan, diberi solusi setiap permasalahan
2. Diberi segala fasilitas hidup yang memadai bahkan boleh saja lebih dari pada kecukupan. Dan mungkin saja rezekinya itu datang dari segala aspek dan boleh jadi dalam beragam bentuk
3.Orang yang bertakwa otomatis semua kesalahnnya akan dihapus
4. Orang bertakwa akan banyak mendapat keberkahan hidup, karena banyak pahala yang didapat

Namun di satu segi kita masih bingung dengan Istilah takwa itu sendiri. Artinya meskipun sering terlontar dan tentunya telinga dan mata kita sudah tidak asing lagi dengan istilah itu, tapi bentuknya seperti apa siih... ?

Apa indikasi Takwa Menurut Al-Qur’an
Minimal kita ketahui cirri-cirinya saja jika sulit memberi definisi utuh tentang takwa. Salah satu indikasi takwa versi Qur’an antara lain:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 34)

Dalam ayat ini dapat diketahui cirri-ciri orang bertakwa
1. Orang yang suka membayar zakat
2. Orang yang suka bersedekah, baik ketika lagi ada duit ataupun lagi seret semampunya, dengan berbagai bentuk sedekah. Tapi yah jangan suka tersenyum dengan dalih bahwa tersenyum juga sedekah kalau di kantongnya duitnya dan bisa diberikan.Yakin aja deh..bahwa anak yatim lebih butuh uang dari pada senyuman kita.
3. Yang bisa mengendalikan amarah, artinya orang yang sabar. Sabar ini bisa diketahui setidaknya dalam tiga situasi:
A. Ketika merasa “seret” rezeki
B. Ketika menghadapi musibah
C. Ketika menegakan kebenaran, ketika dakwah, ketika berbuat kebaikan
4. Memaafkan orang lain baik diminta atau tidak. Artinya ketika ada yang menyakiti kita, sudah deh kita maafin aja, jangan sampai teriak “orang itu zhalim” atau kata-kata ini..itu. Keep silent saja. Toh Allah kan tahu masa harus teriak-teriak, apalagi ditulis lagi di Wall FB…!!!!
5. Selalu ingat kepada Allah. Artinya apapun yang dikerjakan dalam kesehariannya senantiasa merasa “dilihat” , “diawasi” Allah. Pastilah hari demi harinya penuh kualitas. Yah namanya orang diawasi sama “Bozz” pasti kerjanya bener.

Yah Masih Bingung Niiih…!!!
Tapi nalar kita masih menerka terus apa gambaran takwa yang utuh itu. Masalahnya di setiap acara keagamaan di manapun kata “Takwa” pasti deh dicantumin.
Apalagi kalau membuka tafsir-tafsir atau penjelasan hadist..wah sulit gambaran takwa itu. Emang kenapa?? Wong mereka itu, para ulama zaman baheula aktifitas hariannya dipenuhi aneka ragam taat. Imam Syafi’i saja pernah berujar: “Aku membagi tiga waktu dalam sehari, sepertiga untuk belajar, sepertiga untuk mengajar, dan sepertiga lagi untuk ibadah.”
Langsung saja saya teriak, “ Cari duitnya kapan??? Nonton KCB nya kapan donk? Hanging outnya kapan dunk??

Kayaknya definisi mudah takwa itu gini aja deh
“ Mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhkan diri dari semua laragan-Nya.” Kayaknya mudah sekali dicerna namun dalam kenyataannya sulit sekali.
Tapi karena saya pun bukan termasuk orang takwa, meskipun berharap banyak kearah itu, jadi enaknya standar Takwa itu kita artikan saja begini:
1. Tidak pernah meninggalkan salat 5 waktu, rajin pula salat rawatib, salat witir, tahajud, sering berdzikir, berjamaah di masjid, puasa ramadhan, berzakat, banyak sedekah, berhaji jika sudah mampu, sering membaca Al-Qur’an, sering baca terjemahnya,dll
2. Selalu membantu kesulitan orang lain, tidak sombong, jujur, amanah, berusaha berkahlak mulia, berusaha tidak menjelekan orang lain, tidak berbicara buruk, tidak buruk sangka, hormat dan patuh kepada orang tua, menghormati guru, menyanyangi anak yatim, tidak segan membantu jalan dakwah dll
3. Banyak belajar agama Islam untuk lebih dekat mengenal Allah, semua perintah agama dilakukan penuh kepatuhan, seperti berjilbab, tidak memperlihatkan aurat di depan khalayak ramai, seperti wanita yang tidak pake celana pendek begitu pula pria dan berpakaian sopan, sering mendatangi majelis taklim, banyak bergaul dengan orang soleh, orang baik, karena teman yang berperangai baik itu . seperti penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari).

Banyak lagi kriteria Takwa itu, namun tingkatan Takwa dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Dan antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan dan mungkin saja prosenya panjang. Tidak mungkin diperoleh hanya dalan beberapa hari atau beberapa bulan, ataupun beberapa tahun.
Lama donk…!!! Yah namanya hidup penuh perjuangan, masa istilah itu hanya dipakai dalam masalah keluarga, anak atau kerjaan saja. Kan takwa itu juga harus menjadi prioritas utama dalam hidup…kan katanya mau bahagia seperti tercantum dalam ayat paling atas.
Ada doanya nggak???.. wah masa takwa harus diupayakan dengan doa?? Usaha dulu sambil banyak berdoa.

STOP..Ini Untuk Anda…!!
Kaget sekali ketika saya membaca sebuah buku, di dalamnya si penulis mengatakan seperti begini:
“Berceminlah pada diri sendiri setelah membaca tulisan ini, bahwa tulisan ini untuk anda, bukan untuk orang lain. Anggap orang lain lebih baik di hadapan Allah Swt dari pada kita sendiri.”
Artinya jangan ukur apapun yang kita baca, kita dengar dengan orang lain. Satu waktu ada seseorang yang bernama Al-Mazini, seorang ahli ibadah yang sedang wukuf di Arafah. Dia berguman, “ Andai aku bersama mereka, pasti aku akan mengatakan bahwa Allah telah mengampuni mereka.” (Maksudnya dia merasa lebih rendah dibanding orang lain meskipun ia ahli ibadah dan zuhud).
Ketika berita itu sampai ke Imam Dzahabi (salah seorang pemuka dalam ilmu Hadist), “ Memang seharusnya begitu hamba Allah itu, ia harus menganggap dirinya lebih rendah dari orang beriman lainnya.”
Ayo kita mulai berakhlak, tidak perlu komentar apapun yang ditujukan kepada orang lain, ini untuk kita, untuk kebaikan kita dan untuk kehidupan kita.

Semoga bermanfaat

Wassalamu Alaikum Wr Wb

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

By Kang Ackmanz

Assalamualikum WR. WB.
Renungan Ayat :

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya “ (QS. Ath-Thalaq: 2)

“….Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

“….Dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. (QS. Ath-Thalaq: 5 )

Nggak tangung-tanggung Allah Swt dalam salah satu surat, yaitu Surat Ath-Thalaq memberi reward bagi yang bertakwa?

1. Akan diberi kermudahan, diberi solusi setiap permasalahan
2. Diberi segala fasilitas hidup yang memadai bahkan boleh saja lebih dari pada kecukupan. Dan mungkin saja rezekinya itu datang dari segala aspek dan boleh jadi dalam beragam bentuk
3.Orang yang bertakwa otomatis semua kesalahnnya akan dihapus
4. Orang bertakwa akan banyak mendapat keberkahan hidup, karena banyak pahala yang didapat

Namun di satu segi kita masih bingung dengan Istilah takwa itu sendiri. Artinya meskipun sering terlontar dan tentunya telinga dan mata kita sudah tidak asing lagi dengan istilah itu, tapi bentuknya seperti apa siih... ?

Apa indikasi Takwa Menurut Al-Qur’an
Minimal kita ketahui cirri-cirinya saja jika sulit memberi definisi utuh tentang takwa. Salah satu indikasi takwa versi Qur’an antara lain:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 34)

Dalam ayat ini dapat diketahui cirri-ciri orang bertakwa
1. Orang yang suka membayar zakat
2. Orang yang suka bersedekah, baik ketika lagi ada duit ataupun lagi seret semampunya, dengan berbagai bentuk sedekah. Tapi yah jangan suka tersenyum dengan dalih bahwa tersenyum juga sedekah kalau di kantongnya duitnya dan bisa diberikan.Yakin aja deh..bahwa anak yatim lebih butuh uang dari pada senyuman kita.
3. Yang bisa mengendalikan amarah, artinya orang yang sabar. Sabar ini bisa diketahui setidaknya dalam tiga situasi:
A. Ketika merasa “seret” rezeki
B. Ketika menghadapi musibah
C. Ketika menegakan kebenaran, ketika dakwah, ketika berbuat kebaikan
4. Memaafkan orang lain baik diminta atau tidak. Artinya ketika ada yang menyakiti kita, sudah deh kita maafin aja, jangan sampai teriak “orang itu zhalim” atau kata-kata ini..itu. Keep silent saja. Toh Allah kan tahu masa harus teriak-teriak, apalagi ditulis lagi di Wall FB…!!!!
5. Selalu ingat kepada Allah. Artinya apapun yang dikerjakan dalam kesehariannya senantiasa merasa “dilihat” , “diawasi” Allah. Pastilah hari demi harinya penuh kualitas. Yah namanya orang diawasi sama “Bozz” pasti kerjanya bener.

Yah Masih Bingung Niiih…!!!
Tapi nalar kita masih menerka terus apa gambaran takwa yang utuh itu. Masalahnya di setiap acara keagamaan di manapun kata “Takwa” pasti deh dicantumin.
Apalagi kalau membuka tafsir-tafsir atau penjelasan hadist..wah sulit gambaran takwa itu. Emang kenapa?? Wong mereka itu, para ulama zaman baheula aktifitas hariannya dipenuhi aneka ragam taat. Imam Syafi’i saja pernah berujar: “Aku membagi tiga waktu dalam sehari, sepertiga untuk belajar, sepertiga untuk mengajar, dan sepertiga lagi untuk ibadah.”
Langsung saja saya teriak, “ Cari duitnya kapan??? Nonton KCB nya kapan donk? Hanging outnya kapan dunk??

Kayaknya definisi mudah takwa itu gini aja deh
“ Mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhkan diri dari semua laragan-Nya.” Kayaknya mudah sekali dicerna namun dalam kenyataannya sulit sekali.
Tapi karena saya pun bukan termasuk orang takwa, meskipun berharap banyak kearah itu, jadi enaknya standar Takwa itu kita artikan saja begini:
1. Tidak pernah meninggalkan salat 5 waktu, rajin pula salat rawatib, salat witir, tahajud, sering berdzikir, berjamaah di masjid, puasa ramadhan, berzakat, banyak sedekah, berhaji jika sudah mampu, sering membaca Al-Qur’an, sering baca terjemahnya,dll
2. Selalu membantu kesulitan orang lain, tidak sombong, jujur, amanah, berusaha berkahlak mulia, berusaha tidak menjelekan orang lain, tidak berbicara buruk, tidak buruk sangka, hormat dan patuh kepada orang tua, menghormati guru, menyanyangi anak yatim, tidak segan membantu jalan dakwah dll
3. Banyak belajar agama Islam untuk lebih dekat mengenal Allah, semua perintah agama dilakukan penuh kepatuhan, seperti berjilbab, tidak memperlihatkan aurat di depan khalayak ramai, seperti wanita yang tidak pake celana pendek begitu pula pria dan berpakaian sopan, sering mendatangi majelis taklim, banyak bergaul dengan orang soleh, orang baik, karena teman yang berperangai baik itu . seperti penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari).

Banyak lagi kriteria Takwa itu, namun tingkatan Takwa dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Dan antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan dan mungkin saja prosenya panjang. Tidak mungkin diperoleh hanya dalan beberapa hari atau beberapa bulan, ataupun beberapa tahun.
Lama donk…!!! Yah namanya hidup penuh perjuangan, masa istilah itu hanya dipakai dalam masalah keluarga, anak atau kerjaan saja. Kan takwa itu juga harus menjadi prioritas utama dalam hidup…kan katanya mau bahagia seperti tercantum dalam ayat paling atas.
Ada doanya nggak???.. wah masa takwa harus diupayakan dengan doa?? Usaha dulu sambil banyak berdoa.

STOP..Ini Untuk Anda…!!
Kaget sekali ketika saya membaca sebuah buku, di dalamnya si penulis mengatakan seperti begini:
“Berceminlah pada diri sendiri setelah membaca tulisan ini, bahwa tulisan ini untuk anda, bukan untuk orang lain. Anggap orang lain lebih baik di hadapan Allah Swt dari pada kita sendiri.”
Artinya jangan ukur apapun yang kita baca, kita dengar dengan orang lain. Satu waktu ada seseorang yang bernama Al-Mazini, seorang ahli ibadah yang sedang wukuf di Arafah. Dia berguman, “ Andai aku bersama mereka, pasti aku akan mengatakan bahwa Allah telah mengampuni mereka.” (Maksudnya dia merasa lebih rendah dibanding orang lain meskipun ia ahli ibadah dan zuhud).
Ketika berita itu sampai ke Imam Dzahabi (salah seorang pemuka dalam ilmu Hadist), “ Memang seharusnya begitu hamba Allah itu, ia harus menganggap dirinya lebih rendah dari orang beriman lainnya.”
Ayo kita mulai berakhlak, tidak perlu komentar apapun yang ditujukan kepada orang lain, ini untuk kita, untuk kebaikan kita dan untuk kehidupan kita.

Semoga bermanfaat

Wassalamu Alaikum Wr Wb

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>