ADF.LY

Selasa, 06 April 2010

Orang tua sebagai mitra dan fasiitator Pesan Baru

Orang tua sebagai pendidik utama dalam menyelesaikan masalah anaknya. Terapi yang semula disangka baik oleh orang tuanya tetapi ternyatata berdampak lain. Bagaimana kita memposisikan itu ?

Biasanya anak selalu menempatkan orang tuanya sebagai tempat bertanya. Anak biasanya menganggap orang tuanya serba bisa untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan - pertanyaan. Orang tua dianggap "dewa" oleh anak2nya. Munculkan kearifan dalam menerima pertanyaan anak. Setiap anak bertanya orang tua harus bersikap antusias dan perhatian. Ajak anak mencari jawaban atas pertanyaannya tersebut jika kita belum mengetahui jawabannya. Disini harus ada keharusan orang tua untuk memiliki wawasan yang seluas - luasnya akan ilmu. Akan tetapi ilmu itu tidak untuk diddiktekan secara paksa pada anak melainkan untuk memperkaya cara orang tua dalam memberi arahan dan bimbingan.

Ada sebuah kisah seorang petani dari sulawesi selatan yang buta huruf tetapi ia beruntung memiliki anak yang semuanya menjadi sarjana. Ternyata pak petani ini mengajak anaknya untuk mencintai ilmu dengan mencarikan teman bergaul yang baik. Pak petani ini sering mengumpulkan anak2 untuk diajak ke toko buku untuk memilih buku yang mereka sukai sebagai hadiah atas prestasi yg mereka capai. Atau menganjurkan anak2 nya untuk meminjam buku di perpustakaan secara teratur. pak petani ini juga suka mencari - cari pertanayaan lalu mengajak anak2 nya itu untuk sama2 mencari jawabannya. Disini terlihat pak tani ini hanya sebagai fasilitator saja. Dia hanya menghantarkan anak2nya untuk cinta belajar.

Kuncinya adalah kita menciptakan suasana yang kondusif pada anak2 untuk mencintai belajar, semua waktu... kapan dan dimanapun di jadikan ajang untuk belajar.
By:Susy Susiawati
Sumber : Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Life Long Learning Program

Sebagian besar anak - anak kita itu dihabiskan di rumah. Yakinlah bahwa rumah sebagai pusat kehidupan kita. Walaupun anak - anak kita sudah masuk sekolah full day tetapi yakinlah bahwa waktu mereka lebih banyak dihabiskan di rumah. Sehingga kita sebagai orang tua harus mempersiapkan rumah menjadi tempat yang menyenangkan mereka untuk belajar dan mencari ilmu. Untuk menyiapkan itu semua memang kita harus memiliki media atau sarana belajar bagi anak - anak kita. Life Long Learning Program dirancang untuk membantu keluarga muslim menyiapkan rumah keluarga muslim supaya menjadi pusat belajar yang asyik serta melibatkan semua keluarga. Yaitu :

1. Halo Balita, Yang membantu orang tua dalam mengoptimalkan masa keemasan anak terdiri dari 25 buku cerita anak. 9 buku untuk melataih kebiasaan dan kemandirian anak dalam melakukan kegiatan sehari - hari. 11 jilid buku melatih anak agar mulai memahami dan menerapkan nilai - nilai moral dasar. 5 jilid buku melatih anak melakukan aktivitas yg merupakan pengembangan awal keyakinannya dalam kehidupan beragama. Ditambah dengan 3 buah boneka tangan.

2. I Love Al - Qur'an mengajak anak - anak untuk belajar Al - Qur'an dengan cara asyik dan menyenangkan serta menyampaikan pesan - pesan melalui bahasa visual yg sangat menarik dan bahasa teks untuk anak yang sangat komunikatif. Terdiri dari 1 set permainan edukatif, 1 cd lagu plus buku lagu, 1 jilid kamus, 15 jilid tafsir dan terjemahan, 15 jilid mushaf Al - qur'an.

3. Ensiklopedi Bocah Muslim berisi pengetahuan dasar yang dibutuhkan anak serta untuk mengembangkan 3 kecerdasan utama anak ( IQ, EQ, dan SQ ). terdiri dari 15 jilid. Masing - masing membahas tema tertentu.

4.Ensiklopedi Muhammad SAW yang disajikan secara kronologis dan tematis yaitu terdiri dari :
a. Muhammad SAW sebagai Nabi
b. Muhammad SAW sebagai pedagang
c. Muhammad SAW sebagai pendidik
d. Muhammad SAW sebagai negarawan
e. Muhammad SAW sebagai Hakin
f. Muhammad SAW sebagai pribadi mulia
g. Muhammad SAW sebagai suami dan ayah
h. Muhammad SAW sebagai pecinta ilmu
i. Muhammad SAW sebagai pemimpin militer
j. Muhammad SAW sebagai pejuang kemanusiaan.

Bagi teman2 yang berminat memiliki program ini bisa melalui email saya. Susysusiawati@yahoo.co.id.
By: Susysusiawati

Sumber : Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Knowledge is Power : Hidup Sesuai Hasrat Lewat Rajin Membaca Buku

Pernahkah menghitung jumlah buku yang Anda miliki atau mungkin yang sudah Anda baca di perpustakaan ? Atau pernahkah anda menargetkan untuk menghabiskan sebuah buku dalam kurun waktu tertentu ? Tahukah anda, bahwa tingkat keilmuan kita saat ini tidak lagi diukur dengan gelar yang berjajar di sekitar nama kita?

Seorang hebat pernah mengatakan bahwa pendidikan formal tidak dapat mengalahkan pengetahuan yang diperoleh dari rajin membaca. Dengan menginvestasikan waktu 10.000 jam, belajar dan berlatih mengenai hal tertentu, misalnya memasak, main musik bahkan ilmu pemasaran, maka anda akan menjadi ahli dalam bidang tersebut secara otodidak. Jika kita hitung 1 hari = 24 jam, 100 hari = 2400 jam. Maka 10.000 jam itu hanya sekitar 417 hari, jika 24 jam full kita gunakan untuk membaca.

Kabarnya Beatles sebelum meledak sempat wara wiri main musik serabutan sambil terus belajar berkomposisi sampai lebih dari 5 tahun, di mana mereka menghabiskan 10 jam sehari bermain musik. Maka ketika meledak, mereka sudah menghabiskan waktu 18.000 jam untuk mengasah talenta musik. Contoh lain adalah Ade Rai, yang menjadikan fitness hobinya bertahun-tahun. Kini dia hidup sukses lewat industri fitness yang dicintainya.

Maka teman jika anda merasa hidup yang anda lakoni saat ini belum cukup memuaskan hati, dalam arti mungkin pekerjaan saat ini tidak sesuai dengan hati atau hobi (tanpa bermaksud menjadi manusia yang tak bersyukur). Maka belum terlambat untuk menjadi ahli di bidang yang anda sukai, tanpa harus sekolah lagi. Mulailah sejak hari ini melahap semua buku tentang bidang yang anda minati dan yakinkan paling lama 10 tahun lagi anda sudah akan beralih menekuni bidang yang menjadi hobi anda.

Hukum 10.000 jam ini jika dapat kita terapkan pada anak-anak kita bukankan akan menjadi investasi yang dahsyat…? Untuk itu membiasakan anak membaca buku adalah mutlak diperlukan sejak sekarang. Lewat membaca kita dapat menemukan bidang apa yang diminati anak melalui buku-buku yang digemarinya. Pada diri anak-anak kita terdapat potensi luar biasa, tinggal bagaimana kita menemukan dan mengelolanya. Mungkin ada beberapa bakat dan hobi anak kita yang mungkin potensial untuk dikembangkan.

Belajar membaca sejak dini tidak otomatis membuat anak menjadi pecinta buku. Kitalah yang menularkan kebiasaan luar biasa ini pada anak, dimulai cukup dengan membacakan buku 20 menit sehari sejak dini. Selain itu anak juga butuh role model orang tua yang mencintai buku.

Alhamdulillah, di rumah saya buku bertebaran di mana-mana. Saya tidak pernah berusaha merapikannya, karena percuma. Dalam waktu singkat akan segera kembali berantakan lagi. Semua anak saya suka buku, begitupun saya dan ayahnya. Tumpukan buku dan majalah di setiap sudut rumah adalah hal yang biasa. Investasi kami untuk buku jauh di atas budget kebutuhan tersier lainnya. Bahkan anak-anak jika diberi pilihan buku atau mainan dengan kisaran harga yang sama, maka mereka akan pilih buku. Tinggal saya dan ayahnya yang dikejar-kejar untuk membacakan buku karena 3 dari 4 anak kami masih belum bisa baca.

Jika anda belum memulainya dengan alasan tidak hobi, maka cobalah berpikir ulang dan lihat manfaatnya. Knowledge is Power, buku adalah sumber knowledge yang luar biasa. Mulai dari sekarang jadilah Smarter Parents dengan meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca dan membacakan buku bagi anak-anak anda.

Get Smarter Every day…
Sumber :Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Senin, 05 April 2010

0 0 Terjemahan Terjemahan Nyalakan penerjemahan di tempat Nyalakan pelaporan di tempat Beri suara untuk terjemahan Aplikasi Terjemahan 0 Permintaan

Pernahkah Anda merasa terkubur dalam hidup Anda sehari-hari ? Seakan-akan Anda tidak lagi memiliki diri Anda sendiri, tidak punya waktu dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang memang benar-benar Anda inginkan bukan sekedar kewajiban sebagai ibu, isteri dan wanita pekerja ? Merasa terlalu tua untuk memulai segala sesuatu dari awal, padahal saat ini anak-anak tidak lagi membutuhkan 100% kehadiran Anda?

Pernahkah Anda bercermin dan menatap wajah orang yang tak berdaya di dalamnya, terpekur merasa belum melakukan apapun yang berarti dalam hidup ini, selain berbakti pada keluarga, hanya suami dan anak-anak dalam dunianya? Pernahkah Anda merasa tertinggal dari rekan-rekan Anda wanita yang berkarier di luar rumah, menghasilkan banyak uang dan melakukan apapun yang mereka inginkan. Sebenarnya terbersit sedikit rasa iri dalam hati tapi kemudian Anda menghibur diri dengan mengatakan apa yang sedang Anda jalani lebih mulia karena tugas isteri dan ibu yang paling penting diberikan Sang Pemilik Hidup adalah berada di rumah dan memastikan rumah tangganya baik-baik saja. Anak-anak dan suami Anda dirawat dengan sempurna dan ikhlas oleh tangan cekatan Anda sendiri.

Sayangnya, kemudian Anda lupa merawat diri Anda sendiri, baik secara lahir – tubuh Anda menjadi begitu berat dan tidak energik. Tidak lagi bebas memilih pakaian, bahkan untuk bersolek di depan suami karena tumpukan lemak yang ingin Anda sembunyikan. Juga batin – kemampuan intelektual dan emosional Anda ikut kering dan beku, bekerja sekedarnya sesuai kebutuhan ibu rumah tangga yang umum. Pikiran Anda tidak setajam dulu – sedikit berkarat dan terpasung, tak mampu lagi mengerjakan soal matematika sederhana tanpa bantuan kertas dan pena, atau Anda merasa kesulitan menyusun kalimat yang tepat saat harus sedikit memperjuangkan kebutuhan Anda di hadapan suami yang gemar melarang.

Anda tidak pernah membuat target dan perencanaan apapun yang menuntut otak Anda bekerja lebih keras apalagi menghasilkan sesuatu yang dapat menunjukkan kemampuan berpikir Anda. Tak ada lagi buku yang pernah Anda baca dan serap sampai tuntas untuk menambah wawasan dan mengisi bejana intelektual Anda yang pernah begitu penuh saat Anda menjadi pelajar atau mahasiswa.

Yang paling menyedihkan adalah kehilangan gairah hidup dan cita-cita yang pernah Anda miliki dulu, waktu Anda di sekolah atau kuliah, saat Anda merasa hidup masih memberi Anda hak merencanakan cita-cita setinggi bintang di langit.

Yang Anda lakukan setiap hari cukup melaksanakan kewajiban di rumah untuk suami dan anak-anak dengan penuh keikhlasan hanya mengharap pahala dari Sang Pemilik Hidup. Itulah tujuan hidup Anda saat ini, tak ada lagi cita-cita apalagi masa depan bagi hidup Anda.

Anda merasa cukup dengan going with the flow, tidak lagi punya hasrat untuk mengendalikan hidup Anda lagi. Anda yakin apa yang ada lakukan sudah bernilai ibadah dan akan membawa kebahagiaan di dunia dan akherat.

Apakah ini salah ?
Tentu saja tidak, kalau Anda belum tahu bahwa kita wanita, juga punya potensi, hak dan kewajiban untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik. Meski anda tetap fokus mengurus rumah tangga, Anda dapat memulai usaha Anda dengan membuka pikiran akan hal lain yang dapat anda perbuat dari rumah.

Tapi Saya yakin, dengan memilih untuk terus membaca note ini, maka Anda termasuk wanita yang masih memiliki hasrat terpendam untuk memberikan yang terbaik bagi dunia, membuat perubahan bagi kebaikan bumi, menghasilkan banyak uang dan yang utama menjadikan hidup Anda begitu bermanfaat tidak hanya bagi keluarga Anda sendiri tapi juga untuk umat dan alam semesta, sehigga Sang Pemilik Hidup semakin Ridho pada Anda karena telah menggunakan segenap potensi dariNya dengan maksimal untuk memperbaiki dunia milikNya yang mulai berantakan sebagai ulah manusia lain yang tidak semulia Anda. Anda setuju dan sependapat dengan Saya ?

Then the time is set, waktu Anda sudah tiba untuk mulai bangkit dan bergerak, nyalakan BOM WAKTU yang sudah terpasang dalam diri Anda sebagai default factory setting dari Sang Pencipta, dan MELEDAKLAH ! Gali semua potensi yang Anda miliki. Perbaharui cita-cita Anda. Kembalikan keinginan Anda untuk merengkuh dunia. Berbekal kebijaksanaan yang telah diberikan hidup, kepercayaan diri yang baru, kamauan untuk terus tumbuh dan belajar, maka tak akan ada lagi halangan yang tak dapat ditembus atau masalah tanpa jalan keluar. Semua MUNGKIN dan tak ada yang MUSTAHIL dalam hidup ini selama kita YAKIN. Semua ini kita lakukan dengan niat ingin menjadi manusia yang terbaik, dengan menjadikan hidup kita manfaat yang tak terbatas bagi sesama manusia dan alam semesta. Meski semua tetap dikerjakan tanpa banyak keluar rumah.

Maka Ridho Sang Pemilik Hidup akan senantiasa bersama kita. Memudahkan setiap langkah yang kita buat menuju hari esok yang ebih baik. Amiin. By: Arifah handayani


Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Ketika Anak Bertanya pada Ayahnya Pesan Baru

"Abi..Kok ngga kerja?"

Itu pertanyaan Naya, puteri saya yang berusia mendekati 2 tahun 9 bulan yang diajukan Senin pagi kepada saya.Karena, saat itu saya ada di rumah, sedang menyelesaikan materi presentasi pelatihan menulis di laptop.

Saya sejenak terdiam. Bisa saja menjawab panjang lebar tentang apa itu kerja kepada Naya, bahwa kerja itu tak perlu pergi ke kantor, bisa dilakukan di rumah.

Tapi, sesuai dengan apa yang dianjurkan Rasulullah, bahwa berbicaralah sesuai dengan bahasa akal dari orang yang diajak bicara; maka saya pun sejenak memahami dulu apa yang dipikirkan Naya tentang kerja.

Mungkin saja, karena sekali-kalinya saya kerja kantoran, sejak Naya lahir adalah selama 3 bulan berangkat pagi jam 06.30 dan pulang jam 18.30; setiap hari.. Senin - Jum'at, kalau Sabtu pulangnya jam 17.00.

Sepertinya, yang dipahami oleh Naya tentang kerja adalah 'pergi keluar rumah jam tertentu dan pulang kembali pada jam tertentu'.

Hmmm.. dengan pemahaman itulah saya berusaha menjawab pertanyaan Naya...

"Sayang.. Abi hari ini libur, kerjanya di rumah, sambil nemenin Naya... mau ditemenin nggak?"

Naya senyum, manis banget.

"Mau dong.." kata Naya.

Saya pun kemudian menyanyikan magic song.. lagu pramuka yang ampuh untuk anak-anak..

"Siapa suka hati dipangku Abi..."

Naya bergerak ke pangkuan saya..

"Siapa suka hati cium Abi..."

Naya pun mencium saya.... Naya berhenti bertanya, walaupun saya tahu, jawabannya tak memuaskan, tapi paling tidak, pertanyaannya ada respon.

(Lagu ini hanya ampuh untuk anak-anak, tidak untuk isteri atau orang dewasa lainnya.. hati-hati..).

Memang anak-anak punya seribu satu pertanyaan setiap hari; dan ada orang tua yang menjawab berdasarkan kepintaran dirinya, ada juga yang menjawab dengan terlebih dahulu memahami persepsi anaknya. Tentu tak sederhana, tapi tak salah untuk dilakukan.

Saya jadi ingat dengan kisah yang saya dapat dari milist.

Ada seorang anak usia SD yang bertanya kepada ayahnya yang sedang sibuk baca koran.. Anak itu mendatangi ayahnya dengan membawa selembar kertas dan pulpen.

"Ayah.. sex itu apa ya...?"

Ayahnya berhenti sejenak dan memperhatikan anaknya. Dalam hati dia berkata.."wah.. anakku mulai bertanya tentang sex... belum waktunya.."

Akhirnya ayahnya menjelaskan tentang sex, seperti menjelaskan pelajaran biologi, kadang dibantu dengan gerakan tangan. Anaknya bengong dan menyodorkan selembar kertas...

"Ayah... di formulir ini ada yang harus diisi, setelah nama dan tanggal lahir, ada pertanyaan sex, isiannya kecil M/F (Male/Female). Kalau penjelasannya panjang begitu, gimana ngisinya..."

Anaknya bingung. Ayahnya melongo...

Si Ayah menjawab berdasarkan kepintarannya, tapi tak cukup cerdas memahami persepsi anaknya. Hmm.

Kadang, anak itu bertanya tak butuh dijawab dengan detail, seringkali mereka hanya butuh respon, hitung-hitung sedang menarik perhatian. Bukankah banyak orang tua yang ketika ditanya anaknya, kebetulan lagi baca koran, masak, atau ada aktivitas lainnya, malah merespon dengan tak seharusnya; apakah kata-kata atau malah intonasinya.

Yakinlah, ketika anak bertanya, sesungguhnya pikiran bawah sadarnya terbuka, sehingga kita bisa memberikan informasi yang banyak bagi mereka. Oleh karena itu, dorong anak untuk bertanya dan respon dengan baik. Perlu kepintaran untuk menjawab dan perlu kecerdasan untuk menjawab sesuai kebutuhan.
BY:Baban Sarbana

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Mempersiapkan Calon Generasi Cerdas, Aktif dan Kreatif Pesan Baru

Saya bukan seorang psikolog atau pendidik anak usia dini. Pantaskah saya menjawab pertanyaan semacam ini. Atau sebaiknya saya suruh Smart Parent yang bertanya cari buku tentang masalah itu saja. Soalnya yang bertanya adalah seorang ayah, dari profilnya Ia adalah orang yang berpangkat dan disegani.

Dalam bimbang, saya teringat keempat anak saya dan polah tingkahnya. Sejauh ini ingin saya berbangga dengan tumbuh kembang mereka, tanpa menjadi jumawa. Saya harus bersyukur anak-anak saya berpotensi menjadi calon generasi yang cerdas, aktif dan kreatif. Dan pengalaman dalam mengasuh, mendidik dan mendampingi mereka selama ini mungkin harus saya bagi ke sesama orang tua. Bukan karena saya merasa sudah menjadi Smart Parent (We never be smart enough for them), lebih karena saya ingin share dan mengharap timbal balik aktif dari ortu yang lain. Mari kita bertukar info dan pengalaman sehingga kita makin kaya dan tambah cerdas tentunya. Akhirnya saya rangkum pengalaman saya, dan share dengan Ayah tersebut.

Ada 8 poin yang berhasil saya rangkum dari pengalaman saya berusaha menjadi ortu cerdas, yaitu :

1. Beri lingkungan untuk tumbuh kembang yang bahagia, buatlah anak-anak kita sering tertawa. Jauhkan dari stress ortu atau pertengkaran orang dewasa. Bahagia menghasilkan stimulasi positif di otak sehingga meningkatkan kecerdasannya. Bukan berarti anak sama sekali tidak boleh menangis. Disiplin dengan reward dan punishment tetap harus ditegakkan. Jangan sampai anak menjadikan tangis senjata untuk memperoleh semua kemaunanya.

2. Latih Mandiri, beri kesempatan anak seluas dan sedini mungkin untuk bermimpi, berbuat dan menembus batasan diri mereka. Agar segera mampu memenuhi semua kebutuhan mereka sendiri tanpa bantuan. Mulai kebutuhan bergerak, meraih, tengkurap, merangkak, duduk, memanjat, berjalan dan berlari – hingga kebutuhan berkomunikasi, makan dan minum, mandi dan berpakaian, bermain dan berangkat ke sekolah – harus dapat segera mereka kuasai dan lakukan sendiri tanpa bantuan. Jangan sampai anak tidak tahu batasan dirinya karena tidak mandiri, terbiasa orang lain melakukan semua untuknya

3. Tanamkan rasa percaya diri, sesudah anak berhasil mandiri sesuai umurnya. Mengenali kemampuan diri akan membangkitkan rasa percaya diri anak akan kemampuannya. Sehingga kita dapat memotivasi mereka untuk dapat belajar melewati batas kemampuannya itu. Jika kita ingin melahirkan generasi yang tangguh. Jangan lemahkan mereka dengan kecemasan dan kekuatiran ortu yang ngga rasional.

4. Bacakan buku yang bagus dan bermanfaat minimal 20 menit setiap hari dengan gaya pendongeng sejak bayi 7 bulan dalam kandungan. Kebiasaan ini akan membuat anak cinta buku dan hobi membaca. Ortu juga perlu memberi contoh suka membaca. Knowledge is power, remember…

5. Ajak anak bermain dengan sepenuh hati. Banyak permainan cerdas dan bernilai stimulasi tanpa perlu merogoh kocek. Misal bermain peran. Membuat mainan sendiri. Untuk yang kebih kecil ci luk baa dan di mana mainan ku juga sudah bagus.

6. Penting untuk mengajari mereka cara komunikasi, berdiskusi, berpikir, memilih dan mengambil keputusan sendiri sejak dini. Agar mereka segera mengenali hal penting yang diperlukan. Dengan begitu mereka tidak perlu menangis hanya untuk minta sesuatu. Katakan saja apa maumu, kita akan mendiskusikannya.

7. Ajak anak bergerak dan berolahraga. Motion will create positive emotion. Bersepeda, jalan pagi atau main kejar2an adalah alternatif yang murah meriah.

8. Jauhkan acara TV yang tidak mendidik, sejak bayi dalam kandungan saat mereka sudah bisa mendengar. Banyak acara TV yang mengumbar emosi negatif dan dialog yang merusak pikiran anak. Kata Kak Seto dan Bu Roosie (Reading Bugs), kalau mau bicara pendidikan anak matikan televisi. Selektif memilih acara dan menerapan diet TV akan bermanfaat dalam mendukung kecerdasannya.

Semua poin di atas jika dapat diterapkan dengan baik terutama di masa Golden Age anak (0 – 4 thn), akan membuat anak kita kaya pengalaman yang pada gilirannya akan menghasilkan kemampuan diri yang kaya juga. Sehingga anak berpotensi menjadi generasi yang cerdas, aktif dan kreatif.Mau tahu sejauh mana potensi anak kita sudah berkembang, dan keberhasilan tumbuh kembangnya ?

Tri Gunadi, OTR, S.Psi dalam sebuah Talkshow yang digelar Parents Guide Club mengungkapkan, setidaknya ada 10 ciri yang dapat diihat di diri anak usia 1-5 tahun, menunjukkan tumbuh kembangnya telah berjalan optimal. Yaitu :
1. Inquirers (Pencari tahu)
2. Knowledgeable (Berpengetahuan)
3. Thinker (Pemikir)
4. Communicator (Komunikatif)
5. Principled (Berprinsip)
6. Open Minded (Terbuka)
7. Risk Taker (Berani mencoba)
8. Well Balance (Seimbang)
9. Caring (Penyayang)
10. Reflective (Mampu berkaca diri)

Satu hal yang membuat saya berani menerbitkan tulisan ini, adalah karena saya melihat 10 poin di atas Alhamdulillah sudah terinstal di diri keempat anak saya dengan kadar yang berbeda-beda sesuai keunikan mereka sebagai hasil pendidikan dan pengasuhan di rumah. Mudah-mudahan ada manfaat dari tulisan ini.

Get Smarter Everyday…


Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Menjadi Ayah = Pilihan Sadar

Beberapa hari yang lalu seorang teman menulis tentang "harapannya" kepada sang (calon) istri agar dapat menjadi solehah dan sekaligus menjadi murobbiyah anak-anaknya kelak... Kucoba untuk menyelami kalimat ke kalimat, lalu merenungkannya......... hmmmmm

Namun, saya tergelitik untuk menambahkan pendapatnya, semoga bisa menyempurnakan...

Dalam mendidik anak-anak kita
Ayah adalah murobbi istrinya
Model sejati dari anak2nya. Model dari perilaku, akidah, ibadah dan juga karakter kepemimpinan....
Ayah adalah murobbi bagi anak2nya, sementara istri adalah guru bagi anaknya (murobbi lebih lengkap dari sekedar guru). Murobbi adalah juga seorang ayah, seorang guru/ustad, seorang pemimpin, dan seorang kawan dalam perjalanan....

Kelak di akhirat ayahlah yang akan ditanya mengapa anak menjadi begini dan begitu, barulah ibunya....
Ayah pun akan ditanya mengapa istrinya begini dan begitu...
Cinta yang tulus, nafkah yang halal, perhatian yang berkualitas adalah kewajiban ayah pada istri dan anak2nya, seberapapun sibuk ayahnya...
Kerjasama yang intensif dan padu mutlak dibutuhkan suami dan istri untuk membina anak2nya
Tidak bisa hanya diberikan pada salah seorang saja..tidak bisa..... tidak bisa
Perencanaan harus melibatkan keduanya agar anak2 kita bukanlah menjadi anak biologis dan hasil senang2 semata
Tetapi menjadi anak2 masa depan, menjadi anak2 yang siap berhadapan dengan masanya..... Yang akan menjadi permata yang berkilauan kelak, meski kini masih menjadi batu kali.

Maka ketika mencari istri yang solehah, ketika kita akan berpangku dan mengandalkan istri kita, yang pertama harus kita lakukan adalah menjadi pria yang soleh dan bertaqwa pada Alloh. Mencintai istrinya dengan ikhlas dan apa adanya, dengan tetap bersemangat memperbaiki kelemahan istrinya. Menjadi ayah yang selalu berkomitmen untuk memberikan waktu bagi anak2nya, perhatian berkualitas bagi anak2nya, ayah yang berani meminta maaf ketika memang berbuat kesalahan pada keluarganya kemudian memperbaiki diri,

Bukan ayah yang yang di atas nama kesibukan pekerjaan, kesibukan aktifitas apapun, kemudian berdalih mengabaikan hak-hak anak dan istrinya.... Allah telah berjanji akan memberikan yang terbaik bagi orang-orang baik yang berusaha dengan usaha yang baik. Wa maa jazaaul ihsan illal ihsan......

Akhirnya tanggung-jawab mendidik anak yang soleh bukanlah sekedar tanggung-jawab seorang ibu yang solehah saja, tetapi juga bergantung pada ayah yang soleh pula, pemimpin sejati dalam keluarga muslim. Quu anfusakum wa ahliikum naaro.Selamatkan dirimu, dan juga keluargamu dari sentuhan adzab api neraka.

Ughhh betapa beratnya menjadi ayah..... Allohumma yassirnaa wa laa tu'assirnaa, Ya Allah mudahkan kami jangan sulitkan .... Karena semuanya akan kita lakukan.

Novi Hardian

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

GARIS PEMBATAS RUANG DAN WAKTU ANAK KITA

Garis horizon akan selalu berubah tergantung posisi kita saat menatapnya, Bentang garis itu akan meluas ke segala arah seiring dengan bertambah tinggi posisi kita. Garis horison yang kita lihat adalah batasan kita. Kalau ngga mau terbatas selalu bergeraklah naik.

Tanpa sadar kita sering menetapkan garis horizon untuk hidup anak-anak kita. Membatasi gerak dan pikiran mereka. Menanamkan kekuatiran yang ngga rasional. Sikap ini dapat mengekang potensi anak-anak kita untuk Go beyond their horizon. Janganlah kita terlalu protektif atau perfeksionis, sehingga mengekang jiwa anak untuk mencari jalur pergerakannya. Karena jiwa-jiwa yang masih belia itu punya jalurnya sendiri. Mereka mungkin lebih kuat, tangguh, terampil dan kreatif dari yang kita bayangkan.

Pernah suatu hari teman meragukan kemampuan putranya yang ikut taekwondo bersama Netta anak sulung saya. Taekwondo akan bikin acara outing menginap lengkap dengan segala kegiatan yang pasti menuntut banyak energi. Namanya juga kegiatan bela diri. Teman saya ragu mendaftarkan putranya karena kuatir anaknya tidak akan mampu untuk survive di kegiatan semacam itu. Saya tanya apa anaknya punya penyakit. Tidak, tapi dia anak mama sekali. Makan aja kadang masih harus disuapi. Satu contoh kasih sayang ibu yang membatasi potensi berkembang anak.

Lain lagi saat anak kita baru mulai belajar berlari kencang, memanjat dan melompat. Alih-alih menyemangati anak untuk berlari lebih kencang, memanjat lebih tinggi dan melompat lebih jauh, orang tua lebih sering melarang, jangan nanti jatuh. Untuk anak penyuka tantangan larangan itu tak kan menghalangi. Bagaimana dengan anak yang lebih pasif, dia mungkin akan berhenti bergerak dan duduk tenang seperti mau orang tua. Hilanglah satu kemungkinan potensinya berkembang. Mana tau anak ini bakat jadi atlit.

Contoh lagi, saat batita (bawah tiga tahun) mau makan, ambil minum, bikin susu atau mandi sendiri. Bukannya mengajari bagaimana melakukan semua itu dengan benar dan rapi, orang tua sering kali mengambil alih rencana mereka, dan melakukan semua untuk anaknya. Dengan alasan takut berantakan atau nanti nggak habis atau kalo mandi sendiri ga bakal bersih. Akhirnya anak urung bisa sendiri.

Kalau berkegiatan, bergerak dengan bebas dan memenuhi kebutuhan sendiri saja dibatasi bagaimana anak mau mandiri. Mereka butuh mengetahui batas kemampuan diri. Sehingga kita dapat memotivasi mereka untuk dapat belajar melewatinya. Jangan sampai anak tidak tahu batasan dirinya karena tidak mandiri, terbiasa orang lain melakukan semua untuknya.

Jika kita ingin melahirkan generasi yang tangguh. Biasakan untuk memotivasi mereka selalu menguji batas kemampuan diri dan melewatinya. Berikan tantangan untuk menguji batasan mereka, beri sedikit push agar mereka dapat melewati batasan itu. Hingga akhirnya mereka terbiasa menghancurkan batasan-batasan itu sendiri. Jadilah mereka insan berkepribadian tangguh yang siap melangkah lebih jauh. Berlari lebih kencang. Dan melompat lebih tinggi. Bahkan terbang…

Sehingga tak ada lagi keterbatasan diri, mereka siap menghadapi tantangan apapun menuju sukses.

Mari kita biasakan menguji batasan kemampuan anak-anak sedini mungkin… Biarkan mereka berbuat lebih… Untuk dirinya… Dan orang-orang di sekitarnya… Jauhkan kekuatiran yang ngga rasional… Berikan latihan dan informasi secukupnya. Terakhir hindari melayani anak secara berlebihan… Suatu hari mereka akan berterima kasih untuk itu…

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Cerdas Bersikap : Mengharap Suami Menjadi Ayah Teladan

Seberapa besar para Ayah di rumah mengambil peran dalam pengasuhan dan pendidikan buah hati…? Sudahkah mereka memenuhi kriteria ‘Super Dad’ bagi anak-anak kita…? Apakah para Ayah sudah all out mengeluarkan segenap sumberdaya, baik itu waktu, tenaga, maupun pemikiran dan perasaan dalam proses mencerdaskan buah hati di rumah…?

Saya berharap Bunda sekalian menjawab, Alhamdulillah para Suami di rumah adalah sosok ayah teladan. Tapi jika ada di antara anda yang secara jujur tidak dapat menyatakan demikian, karena performa suami di rumah belum mencerminkan sosok ayah teladan, jangan berkecil hati. Anda tidak sendiri. Masih ada Bunda yang tidak seberuntung itu.

Bahkan Majalah Ummi edisi Juni, mengangkat masalah Peran Ayah di rumah dalam Topik Utama Ayahku Guruku, yang menurut saya wajib dibaca semua Ayah dari anak Indonesia. Karena ternyata banyak dari para suami yang belum mau terlibat aktif dalam proses pengasuhan dan pendidikan dalam mencerdaskan buah hati di rumah.

Dikatakan : “Keterlibatan ayah di rumah (di luar urusan ekonomi) kian menipis. Mereka merasa diri telah menjadi ayah cukup dengan menjalankan peran sebagai pencari nafkah (apalagi sang Bunda diam di rumah). Anak-anak pun terbiasa tumbuh tanpa mereka dan setelah besar mungkin akan bertanya, ‘emang duit doang cukup, Ayah?’ Ayah yang lebih suka bekerja di luar seringkali masih membawa pekerjaan lengkap dengan stressnya ke rumah. Sehingga jadilah mereka pribadi yang cuek, nggak mau ambil porsi lebih besar dalam mendampingi anak-anaknya tumbuh. Alhasil, ayah-ayah zaman sekarang menyandang peran mirip orang-orangan sawah pengusir burung. Kerap kita dengar ibu memarahi anaknya sambil berkata ‘Awas, tunggu ayah pulang’ atau ‘Awas, Ibu bilangin Ayah, tau rasa kamu’ Suara ibu-ibu yang memperparah keadaan. Membuat gap antara ayah dan anak semakin jauh”.

Padahal menurut Ibu Elly Risman “Kehadiran ayah dalam mendampingi tumbuh kembang anak dapat membuat mereka merasa lebih berarti, membentuk pribadi yang tangguh dan penuh inisiatif.”

Saya pribadi sering menghadapi situasi di mana saat Bunda dibuat begitu sibuk dengan pekerjaannya di rumah, ayah kadang tidak merasa perlu turun tangan untuk membantu. Lupakan urusan tetek bengek rumah, biar itu porsi Bunda saja yang memang diam di rumah. Minimal secara otomatis (tanpa harus diminta) Ayah dapat mengambil alih tugas mengurus keperluan anak-anak, terutama para balita yang belum 100% mandiri. Hal yang sejatinya merupakan kewajiban Ayah juga. Tapi apa mau dikata, sulit untuk seorang Ayah mengambil peran itu lantaran keterbatasan prioritas. Buat Ayah, kadang waktu istirahatnya demikian berharga untuk diganggu gugat, meski untuk urusan anak.

Menghadapi situasi ini seringkali saya emosi dan kehilangan nilai ibadah semua yang saya kerjakan karena jengkel. Apa daya Bunda cuma manusia.Walaupun kadang berhasil kontrol dan melihat semuanya sebagai ladang amal yang luas dan menghasilkan. Tapi anak-anak kan berhak akan waktu Ayahnya, untuk ikut ambil bagian mengurusi mereka. Banyak kegiatan sederhana tanpa biaya yang dapat dilakukan ayah bersama anak-anak di rumah, yang bisa membuat mereka bahagia dan lebih cerdas emosinya dengan partisipasi ayah yang all out.

Pertanyaannya adalah apa yang harus kita lakukan sebagai Bunda yang mau memperjuangkan hak anak-anak memperoleh waktu produktif para Ayah..?? Rasanya perhatian tulus Ayah untuk anak-anak akan jauh lebih bernilai romantis dari pada hadiah ulang tahun mahal atau candle light dinner di tempat yang wah.

Sejatinya para ayah ini adalah manusia kompeten di tempat kerjanya, yang kreatif dan produktif. Juga penuh dedikasi. Tapi kenapa tiba di rumah mereka seperti kehilangan jati diri. Potensinya menguap. Apakah karena mereka menilai kita sebagai bunda sudah melakukan tugas dengan terlalu baik sehingga tak perlu bantuan dan partisipasi Ayah lagi. Bukankah akan lebih hebat hasilnya jika Ayah dan Bunda bekerja sama secara sinergis mendidik para penerus bangsa kita. Para pejuang yang nantinya akan memperbaiki umat.

Katanya krisis peran ini terjadi karena sejak dahulu sangat sedikit contoh figur ayah teladan di negeri ini. Para Ayah itu merasa nyaman dengan sibuk sendiri tanpa menempatkan kebutuhan batin anak-anak akan partisipasinya dalam prioritas hidup mereka sehari-hari. Sepertinya mereka perlu disadarkan, suatu hari mereka harus bertanggung jawab akan sikap ini di hadapan Sang Khalik, yang menempatkan mereka sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Lupakah mereka dengan teladan yang dicontohkan Rasulullah SAW, sebagai ayah terhebat di muka bumi.

Saya pribadi tidak pernah berhenti berharap dan berdoa agar terpenuhi hak anak-anak memperoleh waktu produktif ayahnya. Alhamdulillah, Ayah sebenarnya masih punya kesadaran akan perannya. Hanya seringkali kalah dengan kantuk dan kepentingan pribadinya. Tapi Ayah selalu siap dimintai pertolongan meski butuh waktu panjang menunggunya bergerak. Apapun, Ayah masih lebih baik dari pada banyak Ayah lain yang lebih tidak perduli. Itu harus disyukuri.

Semoga Allah SWT membuka hati para suami agar mau menjadi ayah teladan segera, sebelum semua terlambat. Tanpa terasa anak akan segera beranjak remaja tanpa kedekatan dengan Ayahnya. Sehingga berkurang potensi mereka menjadi manusia yang lebih paripurna dan kaya kosa kata dalam memaknai hidupnya.

Anak adalah tanggung jawab kedua orang tua, yang memiliki peran sama dihadapan Allah SWT. Meski sebagian besar kisah dalam AlQuran, seperti dalam Surat Luqman, hanya menyebut peran ayah saja. Maka bangkitlah Ayah... Semangat... Ambil peran lebih besar... Anak-anak pasti akan lebih bahagia dan tumbuh lebih sempurna di dekat Ayahnya...

Bagi Anda yang sudah menjadi figur ayah teladan, atau punya suami teladan, jangan segan berbagi kisah untuk menginspirasi kami yang belum seberuntung Anda. Terima Kasih.

Stay Smart N Get Smarter Everyday…

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>
Assalamualaikum
Tanggapan ini saya buat bagi sesama ibu menyusui yang mengalami kesulitan selama proses menyusui. Saya ibu dg 2 anak. Sy sdh mengetahui manfaat ASI sebelum menikah, maka ketika hamil pertama sy sdh memiliki mindset untuk memberi ASI eksklusif. Ternyata mindset saja tidak cukup, diperlukan pengetahuan (know-how)untuk melengkapinya. Beberapa faktor penyulit membuat saya gagal melaksanakannya, seperti ASI yang tidak keluar, putting susu yang masuk ke dalam, bayi yang tidak mau menyusui (saya baru tahu kemudian bahwa posisi menentukan keberhasilan menyusui). Bayi yang tidur terus menerus malah membuat saya senang karena saya pikir dia bayi anteng. Ternyata di hari ketiga kelahirannya, kakak saya bilang kalau bayi saya itu kuning. Pada hari itu juga saya bawa ke dokter dan hasil lab menyatakan bilirubinnya 11.Qodarullah, pada hari yang sama bayi saya masuk ruang perinatalogi. Tak terbayang rasanya, anak pertama (sebelumnya saya pernah keguguran) umur 3 hari sudah harus di rawat di RS, dan yang bikin sesak orangtua tak boleh menemani. Saya hanya diberi kesempatan 3 kali sehari menjenguk dan menyusui bayi saya tersebut. Tapi setiap kali saya coba susui, dia tak pernah mau. Bahkan untuk melek mata saja susahnya minta ampun. Sgl cara saya coba bangunkan dia, mulai dari dikelitik telinganya, dikelitik telapak kakinya tetap saja tdk bangun. Membuat saya frustasi.
Lalu teman yang membantu saya selama di RS tersebut menyarankan untuk konsultasi ke klinik laktasi. Alhamdulillah, selama di klinik laktasi saya belajar manajemen laktasi, seperti manfaat ASI eksklusif, posisi menyusui yang benar, gizi yang harus tercukupi ibu,merawat payudara supaya ASI tetap terjaga kuantitas dan kualitasnya dll. Saya sangat sangat bersyukur bisa mendapat pengetahuan yang membantu saya dan bayi saya juga tentunya. Walaupun dia tetap tdk bisa mendapat ASI eksklusif (selama di RS mendapat susu formula).
Pada hari ke enam, saya bawa pulang bayi saya walau dokter masih melarang (bilirubin belum di bawah 7, katanya) dengan pertimbangan besok mau aqiqah. Masa aqiqah ga ada bayinya,begitu pikiran kami saat itu. Tp alhamdulillah, ga apa-apa tuh.
Mindset untuk memberi ASI eksklusif ditambah know-how manajemen laktasi tidak akan berhasil tanpa komitmen. Ranah komitmen ini jg yang tidak berhasil saya tetapkan, karena ketika bayi saya umur 9 bulan saya hamil lagi.
Pada kehamilah anak kedua ini saya betul-betul berniat menyempurnakan 3 ranah tersebut. Ketika lahir, bayi kedua saya ini memiliki faktor penyulit yang sama dengan anak pertama. ASI tidak keluar, puting masuk ke dalam dan bayi yang malas menyusui. Dengan tekad yang kuat dan bekal pengetahuan dari klinik laktasi, saya tetapkan komitmen saya.
ASI yang tidak mau keluar saya peras pakai tangan, karena saya pernah coba pakai alat sakitnya minta ampun dan ASI tetap tidak keluar. Selama setengah jam memeras, saya Cuma dapat 20 cc. Setiap 2 jam, saya bangunkan bayi untuk menyusui, itupun paling Cuma 5 menit dia mau menghisap biasanya tidur lagi. Kalau sdh begini, perasan ASI sebelumnya saya suapin pakai sendok. Saya ga mau bayi saya kekurangan ASI lagi. Dan yang namanya bangunin bayi itu ga seperti bangunin orang dewasa. Susahnya minta ampun. Ketika bayi dah bergerak dan mulutnya terbuka sedikit, kita harus sigap memasukkan puting ke mulutnya. Biasanya kalau sdh ada puting di mulutnya, bayi akan refleks menghisap.tapi kalau bayi tidur lagi, kita harus bangunin dia lagi. Begitu terus sampai kita keringetan deh, eh maksudnya sampai payudara terasa kosong. Proses ini berlangsung selama 2 minggu. Yah selama itu kegiatan saya Cuma meras ASI yang sedikit dan bangunin bayi. Alhamdulillah setelah 2 minggu bayi saya mulai pintar menyusui sehingga tak perlu saya bangunin tiap 2 jam. Jam biologisnya mulai bekerja.
Kini mereka sudah berumur 4 dan 2 tahun 9 bulan. Dampak dari ASI eksklusif memang terasa sekali, anak pertama saya langganan dokter. Pencernaannya tidak bagus, alerginya macam-macam. Sedangkan anak kedua, jadi anak yang kuat dan jarang sakit, kalaupun panas biasanya akan turun dengan sendirinya.
Memang dukungan orang sekitar sangat sangat membantu kita.Saya bersyukur ada keluarga yang selalu membesarkan hati saya untuk tidak menyerah memberi ASI, suami yang rela ngipas-ngipasin kalau saya sudah keringetan. Semoga para ibu yang lain juga lebih bersemangatnya dari saya dalam memberi yang terbaik untuk buah hati. Yang terbaik berawal dari ASI.
wassalammualaikum
By:Nina Alfa Rizkana
>

Bahasa Kasih Bagi Anak

Saya pernah mengikuti ceramah singkat tentang bahasa kasih, isinya cukup bagus dan membuka mata untuk mebina hubungan komunikasi kasih antara orang tua dan anak. Inti dari materinya memberikan pencerahan dalam membina komunikasi kasih yang efektif antara orang tua dan anak karena setiap individu anak memerlukan media dan cara yang tepat untuk merasa disayang oleh orang tuanya.

Kasih sayang ibarat bahan bakar yang menjadi pengerak dan motivasi bersikap bagi anak. Kalau bahan bakarnya habis maka kendaraan akan mogok dan berhenti, nah sebelum bahan bakarnya habis perlu diisi ulang terlebih dahulu. Isi ulang kasih sayang terhadap anak ini sebenarnya adalah sesuatu yang secara harian sudah dilakukan oleh orang tua, tetapi permasalahannya adalah sang anak tetap merasakan kurang kasih sayang walaupun orang tua sudah merasa memberikan secara optimum. Nah...jika kejadiannya seperti ini, terdapat ‘gap’ antara pengertian kasih sayang yang diberikan oleh orang tua dan penerimaan hal tersebut oleh si anak. Dampak dari hal ini bisa bermacam-macam mulai dari ngambek, tidak mau mendengar bahkan melawan orang tua, sampai potensi terjerumusnya anak kepada aktivitas-aktivitas yang negative.

Kenali Karakter anak,
Secara umum ada 3 media bagi sang anak untuk menangkap informasi dari luar, media tersebut adalah visual, lisan dan gerak (kinestetik). Masing-masing anak mampu menangkap informasi dari ke tiga media tersebut akan tetapi biasanya ada salah satu yang lebih dominan dianta yang lain.
-Visual, anak lebih dapat menangkap informasi dari apa yang dilihat. Tulisan dan gambar merupakan icon yang gampang diingat dan dimengerti olehnya.
-Lisan, anak lebih mudah menangkap informasi dari apa yang dia dengar. Kata-kata yang disampaikan mudah diserap dan diingat oleh sang anak.
-Gerak, anak lebih mudah menyerap informasi dari gerakan yang dirasakan dan diikuti olehnya.
Untuk mempermudah pengertian terhadap 3 karakter di atas dapat disimak dari contoh berikut ; perintahnya adalah ‚buanglah sampah pada tempatnya’. Perintah ini bagi anak visual lebih gampang kalau ditirukan oleh orang tua, mulai dari mengambil sampah yang tercecer lalu memasukkannya ke dalam tempat sampah. Bagi anak lisan, mereka cukup diperintah dan akan bergerak melakukannya. Sedangkan anak dengan tipe gerak, mereka harus dituntun tangannya mengambil sampah dan ‚digiring’ oleh orang tua menuju tempat sampah untuk membuangnya.
Dari sisi akademis, anak dengan tipe visual dan lisan tidak akan terlalu mengalami kesulitan dalam pelajaran disekolah formal, tetapi hal ini berbeda dengan anak kinestetik karena pola pendidikan kita belum mengakomodir metode pengajaran yang efektif buat mereka.

Cari bahasa kasih yang sesuai dengan karakter anak
Dengan menyadari bahwa anak setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda maka orang tua harus jeli melihat cara penyampaian kasih sayang yang cocok untuk mereka. Berikut adalah beberapa contoh metode yang dapat diaplikasikan sesuai dengan karakter anak;
1.Pujian; untuk anak dengan tipe lisan relatif merasa disayangi dengan kata pujian dari orang tuanya. Akan tetapi tidak semua anak nyaman dengan kata pujian, sebagian mungkin merasa risih dengan kata-kata yang disampaikan. Pujian yang disampaikan haruslah yang bersifat positive dan memberikan motivasi kepada anak untuk lebih baik lagi. Jangan memberikan pujian yang bisa menyebabkan anak jadi besar kepala dan angkuh.
2.Hadiah; hadiah bersifat umum, mungkin anak dengan semua karakter akan senang jika diberi hadian oleh orang tuanya.
3.Sentuhan; anak-anak dengan tipe kinestetik mungkin akan lebih menikmati sentuhan dari orang tuanya dibandingkan anak dengan tipe yang lainnya.
4.Pelukan; pelukan merupakan cara umum untuk menyampaikan kasih sayang orang tua kepada anak, tetapi bagi sebagian anak terutama dengan tipe gerak, mereka malah merasa tidak nyaman dengan hal ini.
5.Quality time; kebutuhan akan Quality time ini kadang terlontar dari anak tetapi tidak disadari oleh orang tua. Sinyal yang muncul mungkin bisa disampaikan sbb;
- mama/papa bisa nga’ kita jalan keluar dengan ‚kakak’ saja.
- Mama/Papa, temenin tidur sebentar saja...
Terkadang anak membutuhkan waktu personal dengan orang tua dan tidak diganggu oleh saudara yang lainnya.
6.Service; erat kaitannya dengan pelayanan orang tua terhadap kebutuhan sehari-hari anak. Tetapi diluar yang rutin yang telah diberikan, terkadang untuk menunujukkan kasih sayang orang tua dapat memberikan service lebih. Contoh: dalam hal mempersiapkan makan, sang ibu tiba-tiba mempersiapkan masakan yang paling disukai oleh sang anak.

Ada baiknya Kita sebagai orang tua merenung dan menganalisa kembali hal-hal yang terkait sinyal-sinyal dan bahasa kasih yang dibutuhkan oleh anak. Hal ini penting agar komunikasi kasih sayang menjadi efektif, serta tangki kasih sang anak selalu penuh sehingga mereka tidak mencari-cari lagi dari sumber yang lain. By :David Chandra

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Kampanye ASI

Bahagia rasanya mengetahui bahwasanya masih ada ibu yang peduli untuk memberikan ASI pada anaknya selama 2 tahun penuh.

Saya sadar betapa banyak ujian yang akan dihadapi sang ibu pada saat ia akan memberikan asi untuk buah hatinya, diantaranya:
- ASInya sedikit sekali bahkan tidak keluar
- bayinya tak mau/susah menyedot ASI karena putingnya tidak/kurang menonjol
- sang ibu sangat kecapean dan sakit hingga tidak dapat memberi ASI
- sang anak tidak sehat/normal sehingga perlu dibantu susu formula?
- sang ibu harus bekerja sehingga tak dapat memberi ASI
- dan banyak lagi....

Semua itu benar-benar dapat meruntuhkan niat ibu untuk memberi ASI ekslusif dan menyusui ASI 2 tahun penuh pada anak-anaknya.
Padahal.....
Jika kita sebagai ibu tahu banyak keistimewaan ASI niscaya bagaimanapun caranya... bagaimanapun ujiannya dan godaannya... setidaknya kita akan berusaha sekuat tenaga untuk memberi ASI ada buah hati kita.

Sejauh ini motivasi terbesar yang saya miliki dalam memberi ASI eksklusif dan menyusui selama 2 tahun penuh pada ketiga anak-anak adalah:

- dukungan dari sang suami (terutama nasihat yang ia berikan untuk tetap memberi ASI)
- memberi ASI benar-benar menguntungkan Ibu dan anak sekaligus. (berat badan saya cepat kembali normal dan anak-anak sehat)
- menyusui itu sebuah kemudahan dari Allah yang hanya bisa dirasakan oleh ibu yang ikhlas dalam setiap proses menyusui.
- ASI begitu mudahnya diberikan pada bayi padahal (menurut yang pernah dimuat pada koran Pikiran Rakyat) bila dikonversikan harga ASI menjadi susu Formula adalah dengan memberi ASI 6 bulan sama dengan 1,8 Triliyun rupiah atau sekira 300 milyar rupiah perbulan pengeluaran untuk susu bayi.

Begitu pemurahnya Allah SWT telah memberikan kekayaan bagitu besar pada kita... tapi dengan mudah kita sia-siakan hanya demi mengejar pekerjaan yang memiliki nilai rupiah yang jauh lebih kecil.... By:Desi Oktoriana


Sumber: Smart Parenting I
>

Kamis, 25 Maret 2010

Dari Acara Bobo Fair di JCC dan Jakarta Bookfair di Istora : Bijak Mengatur Prioritas

Bukan mau bilang Bobo Fair ngga bagus, beberapa stand menawarkan gelar kreativitas yang menarik. Stand ilmu pengetahuan dan teknologi cukup menambah wawasan. Begitu juga beberapa yang lain.

Tadi siang saya ke sana bersama Netta dan Fella. Alih-alih bikin anak senang, saya justru bikin mereka manyun akibat banyak menggeleng.

Sangat disayangkan pameran didominasi stand permainan yang mengharuskan kita membeli produk seharga tertentu, untuk bisa main. Anak-anak jadi tergoda untuk konsumtif dan merengek minta dibelikan produk yang sebetulnya tidak diperlukan bahkan tidak baik jika dikonsumsi terlalu banyak. Untuk vitamin, susu, sereal sarapan dan produk kosmetik anak yang ngga akan langsung dihabiskan mungkin ngga masalah. Tapi bagaimana denggan produk permen atau snack ringan yang sarat MSG.

Saya sudah selesai belanja bulanan, tidak ada lagi budget untuk nambah susu dll. Sehingga dengan sedih saya harus menolak keinginan anak main di stand ini dan itu. Saya katakan, sayang kalau uang kita yang Alhamdilillah ngga banyak dibelikan hal yang ga manfaat. Hampir semua stand membuat kita harus merogoh kocek. Hanya sedikit yang tidak. Akhirnya kami hanya jalan-jalan dan menikmati sampel gratis yang memang hak kami karena masuk arena tiap pengunjung kena tiket 10 ribu.

Walhasil belum dua jam di sana saya ajak mereka pergi. Daripada ga bisa belanja di sini, mending kita ke bookfair. Cari buku yang bagus dan murah, jadi kita bisa beli banyak. Untung anak-anak saya begitu cinta buku, dan menganggap tawaran saya menarik.

Alhamdulillah, baru masuk sudah ketemu stand Syaamil kid, yang obral buku 5 rb dan 10 rb an. Seri KKPK dari Mizan dapat diskon 20%, senyum Netta pun mengembang. Dia dapat 3 buku. Fella dapat 4 buku Syamiil yang dipilihnya sendiri. Saya juga memilihkan beberapa buku tentang Rukun Islam untuk anak dan 4 buku untuk 2 jagoan di rumah. Untuk saya sendiri…? Seperti biasa, berkat anggaran yang banyak dipake anak, bundanya Cuma kebagian dikit. Saya beli buku tentang Be Your Own Doctor : Tubuh Anda adalah Dokter yang Terbaik karangan DR. Husen A. Bajry,M.D, Ph.d. Dan satu buku obralan tentang e-book, menerbitkan buku sendiri (sepertinya relevan dengan cita-cita yang terpendam).

Senangnya belanja buku. Sayang mereka tidak menjual buku yang sedang saya cari, dari Ayah Edy. Seandainya dana untuk beli buku bisa tak terbatas…

So, kalo weekend ini ngga ada acara sok deh ngintip ke sana mereka ada sampai tanggal 5 Juli. Tapi bijaklah atur prioritas, semoga bermanfaat.

Get Smarter Everyday…!
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Kisah Full Time Mom

Aku termasuk orang yang tersesat di jalan yang benar. Diawali dengan mendapat ijab sah sebelum ijasah, sehingga pendidikanku di IPB tertunda penyelesaiannya. Ku pikir ijab sah tidak akan menghalangi ijasah, karena skripsi ku tinggal ditulis, data sudah diolah. Ternyata ada satu konsekuensi logis dari ijab sah, get pregnant…!! Moodku jatuh… Skripsi tertunda.

Jadilah aku terpuruk dalam tugas mulia menjadi ibu rumah tangga. Waktu Netta, putri sulungku umur 3 tahun, aku mengumpulkan semua yang terserak dari cita-citaku, menjadi ibu rumah tangga putus kuliah adalah beban moral… Sesuatu yang kumulai harus ku selesaikan kalau tidak maka aku bukanlah Aku. Maka dengan gundah ku telusuri kemungkinan penyelesaian studiku… Terbersit keyakinan pasti bisa.

Alhamdulillah, aku harus buat penelitian ulang. Kali ini dosen memudahkanku dengan mengusulkan mencari data time series dan studi pustaka saja. Dua dosen pembimbing, ketua dan sekretaris jurusan, pegawai perpustakaan dan semua orang yang terlibat penyelesaian studi memberi kemudahan. Mungkin mereka melihat semangatku sebagai mahasiswi kadal hampir 9 tahun, hanya tinggal sisa-sisa jika dipersulit pasti apinya mati. Mereka menghargai sulit jalan yang ku tempuh, datang ke kampus harus menggendong Netta yang baru 3 tahun umurnya karena tak ada tempat menitipkan dia. Gaji suamiku hanya cukup untuk biaya penyelesaian kuliah saja tak ada budget untuk pengasuh, maka ku bawa saja dia ke kampus. Tidur siangnya harus pindah di lab atau di perpustakaan yang jauh dari nyaman, tapi ia tak pernah rewel. Menghias kampus dengan canda cerianya. Hingga mereka yang mengenalnya akan bertanya jika Netta tak ada di sisiku.

Semua selesai hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan berkat segala kemudahan yang ku terima, tanpa melanggar prosedur. Mungkin Allah SWT meridhoi usahaku memenuhi janji pada Mama, menyelesaikan kuliah. Saat itu aku merasa full of spirit lagi, tinggal… reach out n fly… tomorrow will be in my hands… Aku punya cita-cita lagi… Jabatan sebagai Ibu Rumah Tangga akan segera kutinggalkan.

Tapi Sang Maha Berkehendak punya rencana lain, belum sampai hari wisudaku, aku hamil lagi. Saat ijasah keluar, kandunganku sudah 5 bulan. Tidak mungkin berburu pekerjaan, mana ada yang mau terima ibu hamil. Ijasah kusimpan, masih optimis ku undur rencana cari kerja setahun lagi.

Fella pun lahir. Menjelang selesai masa ASI eksklusifnya aku mendengar ada lowongan jadi guru. Syaratnya cukup ijasah S1 dan menguasai bahasa inggris. Wah, Aku banget. Ku keluarkan ijasah. Kalau suami gajian, aku akan ke kampus buat legalisasi. Belum sampai ketemu tanggal gajian, aku terima kenyataan hamil lagi. Oke, rencana cari kerja ku tunda lagi.

Faza lahir dengan segala komplikasinya, sementara urusan cari kerja terlupa. Waktu kondisi Faza membaik dan stabil, cita-cita mencari kerja menyeruak ruang hati lagi. Betapa inginnya aku berhenti menulis status pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Ada lowongan guru kursus bahasa inggris. Di NF kalau ga salah. Ku keluarkan ijasahku lagi, mengingat aku belum jadi buat legalisasi. Apa mau dikata, Allah SWT selalu berkehendak lain dari mauku. Aku hamil lagi, yang ke 4.

Dengan kondisi Faza, Fella yang masih kecil dan kehamilanku, hingga kelahiran Ghazi, perlahan ku kubur cita-cita mencari kerja dalam-dalam di hati. Mungkin rizki ku bukan berbentuk harta dan tahta. Tapi cinta dan kasih sayang. Investasi yang kutanam dan kurawat subur di diri tiap anak ku. Kuperindah mereka dengan takwa dan ilmu. Semampu ku, sebesar ilmu yang belum seberapa ku miliki.

Cita-cita ku pun beralih, ku ingin jadi bunda yang selalu mencari ilmu, memberi dan melakukan hanya yang terbaik bagi anak-anak ku. Hingga Allah SWT berkenan membantuku mendidik mereka menjadi generasi yang kuat, pejuang bagi umat dan agama Nya. Bukan sekedar penyejuk mata, tapi ingin ku lihat mereka menjadi Muttaqina Imama, seperti dalam doa. Bukan cita-cita sederhana, banyak hal harus ku cari dan pelajari untuk mewujudkannya. Tapi akan ku upayakan semaksimal mungkin.

Hingga tiba satu saat, seorang ipar menegur. Kenapa kamu ngga cari kerja, kan sudah sarjana. Sampai kapan mau bergantung pada pencaharian suami? Ngga mau punya penghasilan sendiri? Jangan malas, mumpung umur masih bisa dijual. Hati ini tersentak seperti ditantang ribut. Ada sesuatu yang belum sempat kubuktikan. Aku juga bisa menghasilkan, bukan anak saja yang dibanyakin. Aku bakal punya sesuatu untuk kubanggakan. Sepertinya aku mulai disorientasi.

Berkaca aku, kulihat wanita tanpa cerita diri, kisahnya hanya tentang anak-anak saja. Banggakah aku dengan hidupku? Mama pasti kan kecewa melihatku tak punya ruang di dunia. Hanya di rumah tanpa masa depan. Sesuatu harus dirubah, banyak yang harus dibenahi. Aku bangga menjadi ibu ke-4 anakku, tapi aku belum bangga dengan hidupku sendiri. Astaghfirullah betapa kurang bersyukurnya aku saat itu.

Proses berjalan, ku mulai transformasiku dengan merapikan diri. Timbunan lemak harus turun, tubuh dan penampilan harus ramping, energik dan fit lagi. Seperti aku yang dulu. Akupun berubah, cahayaku yang redup mulai bersinar. Hati dan pikiran bangkit, aku harus mulai cari peluang lagi. Allah SWT yang Maha Mendengar tetap memberi sebuah jalan.

Aku ingat betul hari itu, 13 – 15 Maret 2009. Yaa belum lama, sebuah seminar merevolusi cara pandangku. Setiap orang punya potensi menciptakan peluang, yang paling mungkin di sekitarnya. Dan nothing is impossible, kalau kita cukup punya mimpi dan bahan bakar untuk mewujudkannya. Betul, peluang pun tercipta.

Sayang saat itu aku salah arah, meski Sholat Dhuha sudah ku lakukan untuk memastikan langkah. Aku pun berlari mengejar peluang tanpa ingat anak-anak yang ku tinggal di rumah. Ku pikir, sudah ku lakukan semua. Cukup waktu untuk jadi ibu rumah tangga saja. Waktuku sudah tiba untuk berkarya.

Hasilnya… untung belum kuraih rugi sudah kutanggung. Hari anak-anak ku berantakan. Sholat mereka kacau, disiplin dan kemandirian terlihat nyata hilang arah. Diet TV, aktivitas luar rumah semua ngga terjadwal. Meski pengasuh mereka handal, ternyata tak cukup menggantikanku. Mereka terlihat kurang bahagia, kalau boleh ditanya mereka mau bundanya di rumah saja. Dalih mencarikan tambahan income sepertinya terlalu mengada-ada, terdengar seperti gerutu kurang syukur akan nikmat yang ada.

Harus ada yang direm. Peluang harus dicari tapi tidak dengan membabi buta. Pasti ada cara yang bisa mengakomodasi semua kepentingan. Mungkin ini hikmah yang harus kupetik. Padahal dalam perjalanan mencari peluang selama 2 minggu, Allah SWT sudah mempertemukan aku dengan lebih 20 pasangan tanpa anak yang begitu mendambakannya, tapi tak seberuntung aku. Aku baru tahu ini maknanya. Anak-anakku harus come first, apapun keputusan yang kubuat. Itu tanggung jawab terbesarku, yang akan dimintai laporan di akhir hayat.

Dan here I am, hadir di hadapan teman-teman menuliskan satu per satu, apa yang ada di hati dan pikiran. Sesuai petunjukNya, demi menambah amal dari manfaat yang mungkin kutebar lewat tulisan. Sambil berharap suatu saat ada peluang datang, memberiku kesempatan melahirkan karya. Dan meletakkan namaku di percaturan dunia, sebagai satu wanita yang bercita-cita merubah dunia dengan tangannya, tanpa banyak meninggalkan masterpiece garapannya.

Netta, Fella, Faza dan Ghazi. Sumbangsih terbesar yang mungkin kuberikan bagi umat dan agama. Kalau aku belum berhasil mewujudkan cita-cita di masa kini. Mungkin mereka kelak yang akan melakukannya, empat kali lebih baik dan empat kali lebih hebat. Menjadi manusia yang empat kali lebih manfaat. Yaa mereka berempat. Semoga, Amiin..Amiin.., Allahumma Amiin.

By Arifah Handayani

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Dari Materi Talkshow by Ibu Roosie Setiawan : Smart Parents Harus Rajin Membacakan Cerita untuk Anak

Menurut Ibu Roosie Setiawan dari Reading Bugs – Komunitas Read Aloud Indonesia, dalam talkshow Parent Guide Preschooler Club “Cara Sederhana Mempersiapkan Anak Belajar Membaca”, membacakan cerita adalah hadiah terindah yang dapat diberikan Smart Parents kepada anak-anaknya. Cukup 20 menit sehari sejak anak 7 bulan dalam kandungan, akan memberi kontribusi besar pada perkembangan otak dan persiapan anak belajar membaca. Anak yang sering dibacakan cerita oleh ortunya akan dengan mudah tumbuh menjadi individu yang gemar membaca, hal yang sangat dibutuhkan untuk menjadi manusia yang sukses. Knowledge is Power, dan membaca adalah salah satu cara hebat untuk menambah knowledge.
Membacakan buku tidak sama dengan mendongeng, walaupun seringkali pada pelaksanaannya mirip jika ortu sudah cukup ahli membaca cerita dengan gaya pendongeng. Membacakan cerita dengan bahasa buku dapat memperkaya kemampuan verbal anak (ex. menyusun kata dalam kalimat, memperkaya perbendaharaan kata dan terbiasa mendengar susunan kalimat yang terstruktur) dibanding bahasa sehari-hari.

Persiapan sebelum membaca cerita :
1.Cari buku yang baik, yaitu yang mengandung pengetahuan dan sarat pesan moral
2.Pilih buku sesuai usia anak
3.Ajak anak saat membeli dan memilih buku yang ingin dibaca
4.Buku sebaiknya di atas ‘reading level’ anak, tetapi masih dalam ‘listening level’ mereka

Jangan mematahkan pertanyaan anak ketika kita membacakan cerita, bahkan kita harus menstimulasi anak untuk bertanya. Ini merupakan cara melatih anak berpikir kritis dan analitis, kebiasaan bepikir saat dibacakan cerita disebut ‘think aloud’. Dengan selalu menjawab pertanyaan anak saat dibacakan cerita dan memuaskan rasa ingin tahu mereka akan membangun persepsi buku adalah sumber pengetahuan, tempat menemukan hal baru yang belum mereka tahu. Untuk itu biasakan melakukan pra baca, sebelum membacakan buku apapun untuk mengantisipasi kemungkinan pertanyaan dan mencari celah untuk melontarkan stimulasi.

Tips dalam membacakan cerita :
1.Bacakan dengan hati, menggunakan cara paling ekspresif dan menarik.
2.Jangan terlalu cepat, usahakan menggunakan suara/intonasi berbeda sesuai karakter, juga gunakan tehnik fast, slow dan pause saat membaca.
3.Lakukan dramatisasi, gunakan efek tertawa/tergelak, merengek, menjerit, berbisik, sedih, meraung dan suara binatang sesuai karakter dalam cerita.
4.Gunakan ‘body language’.
5.Saat cerita dibacakan, lakukan hal berikut :
Tunjuk halaman depan, sebut judul buku dan tema cerita
Sebutkan pengarang dan ilustrator untuk membangun apresiasi hasil karya
Tunjuk tiap kata/dialog dengan jari saat membaca untuk membantu anak membuat gambaran di dalam imajinasinya
6.Jangan lupa untuk selalu menstimulasi dengan pertanyaan cerdas seputar cerita dan pertanyaan pancingan tentang kelanjutan cerita menurut anak. Biarkan mereka bertanya.
7.Beri kesempatan anak bercerita dengan bahasa mereka, biasanya setelah beberapa kali dibacakan buku yang sama anak 3 tahun sudah mampu menceritakan kembali.
8.Jadikan momen membaca cerita sebagai media komunikasi yang menyenangkan.

Jangan berkecil hati dan merasa dinilai anak jika ortu belum mampu membaca cerita dengan gaya pendongeng profesional. Anak akan lebih menghargai waktu anda yang mereka terima, setelah seharian sibuk bekerja mencari nafkah.
Kebersamaan yang menyenangkan saat orang tua membacakan cerita akan membangun asosiasi di pikiran anak bahwa membaca itu menyenangkan. Banyak hal baru yang mereka temukan sehingga terbentuk satu rasa dari buku diperoleh hal indah dan menyenangkan sehingga tumbuh rasa cinta pada buku. Anak memperoleh ‘reading role model’ dari ortunya sendiri.
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Lanjutan (by Arifah Handayani)

Kalau boleh dikatakan kasus Faza adalah titik tolak dan batu loncatan saya untuk menjadi manusia yang mendekat pada Allah, bersyukur, ikhlas dan selalu berusaha berbuat yang benar…

Faza masuk rumah sakit umur 2 hari. Perutnya membesar dan keras. Muntah-muntah berwarna hijau dan ga bisa masuk asi. Masih dengan luka habis melahirkan dan tubuh yang belum fit saya menungguinya. Residen anak dan bedah di UGD menyatakan anak saya mengalami obstruksi (sumbatan) usus. Menurut mereka 80 – 90% harus operasi hari itu juga. Itu hari jum’at, bulan Ramadhan masuk 10 hari terakhir. Saya ingat betul nggak lama setelah itu Ayah pamit mau sholat jum’at. Saya bilang : Yah, Bunda titip doakan Faza mereka bilang 90% operasi, Bunda ga trima. Kita pegang yang 10%, mohon pada Allah diberi keringanan untuk Faza. Jangan sampai operasi, ini ramadhan dan Ayah puasa. Insya Allah doanya makbul.

Ngga lama suami berangkat jum’atan, suster UGD panggil saya. Ada sampel darah yang harus dikirim ke Lab di Perinatology. Saya tanya di mana tempatnya, dia bilang di belakang gedung. Apa ngga bisa tunggu suami saya, saya belum fit, jahitan masih nyeri. Keburu darahnya beku, ngga bisa. So, berangkatlah saya, ternyata benar tempatnya jauh. Dengan hati yang mengharu-biru dan jahitan yang nyut-nyutan saya mencari tempat yang disebut. Air mata ngga berhenti menetes memikirkan nasib Faza yang terbaring di UGD, mulut ini hanya mampu bergumam Laa khaula wa laa kuwwata illa billa… Ajaib langkah saya makin kuat dan hati ini makin tegar, meski ngga sholat dan puasa saya bisa merasakan Allah SWT menguatkan saya.

Sekembalinya saya dari lab Perina, seorang suster sedang pasang infus di tubuh Faza, ngga dapat-dapat. Faza menangis keras, hati ini teriris. Saya pun menangis sedih sekali. Andai Bunda dapat mnenggung sakitmu, Nak. Berikan pada Bunda. Suami yang datang dari sholat jum’at memeluk saya, dia pikir ada apa-apa. Bunda ngga tahan liat dia di infus, gimana operasi. Bayi sekecil itu dibedah perutnya. Pokoknya jangan sampai. Yaa Allah, tolong putra harapan saya. Hanya padaMu hamba menyembah dan minta pertolongan. Cuma kalimat itu yang dapat saya bisikan dari siang sampai malam itu. Semua persiapan operasi terus dilakukan.

Saya tetap pegang yang 10% dan mohon Allah SWT berkenan menolong. Semua kenalan mama, saya telepon. Dari mulut mereka memang hanya operasi solusinya. Jadwal pun ditentukan, karena anak saya muntah terus perutnya pasti kosong. Maka operasi direncanakan dilakukan tengah malam ngga pake puasa. Saya masih berdzikir dengan penuh harap dan damba pertolongan Allah kan datang tiba-tiba.

Menjelang tengah malam dokter spesialis bedah yang mau eksekusi datang, lihat kondisi anak saya tanya ini itu, semua pertanyaan saya yang jawab. Residen dah ganti beberapa kali yang buat tindakan ganti-ganti, semua jalani perintah ga ada yang punya skenario. Jadi waktu dokter itu tanya saya lebih cepat bisa jawab, status faza seharian itu saya hafal luar kepala. Semua tindakan dan obat yang diberikan saya tahu tanpa ada yang mis. Dokter itu sampe tanya apa saya orang medis, bukan kata saya.

Apa betul anak saya perlu dioperasi, tolong kasih alternatif lain pinta saya. Sebentar yaa Bu, katanya sambil cek semua data termasuk ronsen perutnya. Dokter senior itu berkata residen bilang ada obstruksi, tapi mana saya koq ngga liat. Hati saya berdebar penuh harap. Ini sih mekonium plak, rasanya ngga perlu operasi malam ini. Ia pun menegur residen di depan saya atas ketidakakuratan diagnosa mereka.

Alhamdulillah, sujud syukur ingin segera saya lakukan di situ, kalo ngga inget itu lantai UGD yang penuh kuman. Solusi untuk malam itu, Dokter suruh pasang pipa lewat anus dan dialiri cairan. Katanya itu akan mengeluarkan timbunan mekonium. Dan menghilangkan kembung di perutnya. Dokter senior pun pergi. Dasar residen skeptis, mereka bilang ibu jangan senang dulu kita belum tahu sebabnya ada timbunan mekonium. Kalau Hirschprung, maka tetap perlu operasi. Walopun mungkin ngga sekarang… Plong, yang 10% (katanya harus malam itu) berhasil dilewati… Insya Allah yang masih nanti-nanti ada jalan lain, begitu keyainan saya.

Faza dirawat 2 minggu… Sementara itu tidak ada tindakkan apa-apa… Rencana operasi pun ngga jelas… Yaa Allah SWT mohon hilangkan alternatif operasi dari status anak saya… Kalau ini ujian maka saya janji keluar dar RS saya jadi manusia yang lebih baik… Begitu banyak masalah orang kita lihat, kasus Faza paling ringan tak ada sesuatupun mengancam jiwanya… Kecuali bom waktu dari rumah sakit… Banyak pasien infeksi dirawat… Ada kemungkinan ketularan dan jadi repot… Saya pun bernazar, jika faza keluar RS tanpa operasi saya akan pakai jilbab.

Akhirnya saya bilang ayah, bunda dah ngga betah lagi di sini. Permintaan simpanan ASI sudah lewat kemampuan produksi. (Saya tidak bisa menginap di RS, masih ada Fella 15 bulan yang waktu itu harus saya beri ASI juga). Kita rawat dia di rumah aja yaa, yah? Bunda yakin? Tanya ayah. Yakin, kalo solusinya hanya bantu dia pup maka Insya Allah bunda bisa kerjain sendiri. Kami pun minta pulang paksa, RS melepas tanpa banyak ribut.

Jilbabpun saya kenakan sampai sekarang, meski belum sempurna. Ternyata di rumah Faza sempat bisa pup sendiri dengan lancar… Dua mingguan… Lalu mampet lagi… Ujian pertama di RS lewat, berikutnya merawat dia di rumah…

Kalau dokter itu bisa bantu Faza pup dengan masukin selang, saya coba cotton buds untuk merangsang pup Faza… Eh berhasil… Alhamdulillah untuk ide ini… Meski harus selalu bantu pup dan kentut Faza jadi ngga kembung lagi… Sayapun belajar akupresur untuk menghilangkan kembung… Alhamdulillah berhasil juga. Dengan doa saya mengurut perutnya, hati jadi begitu dekat pada Alah setiap kali saya tolong Faza.

Ujian berikutnya kalau Faza sakit. Ternyata semua obat berpotensi menyebabkan kembung dan beberapa konstipasi… Waah bahaya… Allah lagi menolong, Ia pertemukan saya pada seorang Ibu Urut yang mengurut dengan doa dan ayat Alqur’an. Ia juga mengobati dengan air putih yang didoakan. Selesai masalah, sakit apapun dengan minum air putih dari Ibu ini, dan Izin Allah tentu saja… Faza sembuh… Papa saya ribut… Katanya anak dokter koq pergi ke dukun… Kalau terapi yang dilakukan Ibu ini masuk kategori Ruqyah… Maka dia samasekali bukan dukun…

Masalah timbul waktu suatu hari Ibu Urut ini pulang kampung… Lama… Akhirnya dengan petunjuk Allah saya coba lakukan hal yang sama, mengurut dengan bacaan doa dan Alquran, serta mendoakan air putih untuk obat. Dengan segenap hati penuh harap hanya pada Allah… Bahkan saya juga meruqyah Faza, saat bertemu sepupu yang praktek Hijamah/ODT mengatakan ada gangguan makhluk lain di diri Faza… Karena anak itu sering bilang lihat ini itu di rumah...

Sempat deg-degan waktu Faza beres ASI eksklusif dan mulai makan… Ngerinya usus Faza akan bermasalah. Ternyata sebaliknya, Alhamdulillah dengan Izin Allah makanan membuat Faza mulai bisa kentut. Kembungnya jauh berkurang. Waktu umur setahun Faza mulai bisa mengeluarkan feses saat kena diare… Bahkan saat colon kosong (habis di tolong) Faza bisa pup sendiri sampai beberapa hari… Tergantung makanannya…

Dari kemajuan di atas, bukankah saya layak berharap suatu hari entah kapan. Faza akan bisa Pup sendiri tanpa harus operasi… Saya merasakan Allah SWT bersama kami selama ini… Faza jauh sekali dari gambaran anak sakit atau selalu tersiksa coba perhatikan fotonya…Semua orang yang kenal Faza ngga akan tahu masalahnya kalau tidak saya ceritakan…

Entah hikmah apa yang disimpan Allah SWT dari semua ini. Yang pasti kasus Faza membuat saya jadi manusia yang jauh lebih ikhlas, tegar dan mendekat pada Allah. Karena perasaan itu yang muncul setiap kali menterapi Faza lewat akupresure, doa dan air putih. Menjadi pribadi yang berusaha berbuat baik, menebar manfaat dan selalu siap menolong sesama adalah ekses berikutnya. Katanya Allah SWT akan ada dan menolong orang yang memudahkan orang lain. Setiap kali saya memohon jawaban untuk pertanyaan apakah saya harus merelakan Faza dioperasi… Jawaban yang saya peroleh justru pertanyaan…

Apakah Allah SWT menghendaki kasus ini selesai lewat sebuah operasi…? Mengingat buah hikmah dari kasus ini bagi kami begitu besar… Dan keraguan perlunya operasi tidak pernah pupus dari insting keibuan saya… Untuk apa saya memilih sesuatu yang begitu meragukan… Sementara saya selalu merasakan dengan begitu yakin pertolongan Allah datang membantu setiap saya butuhkan, meski belum menuntaskan semua masalah Faza. Faza sudah mengalami banyak kemajuan sejak hari lahirnya…

Apakah ini tidak berarti apa-apa…?
Buat saya begitu jelas dari keraguan di hati, bahwa menaruh Faza di meja operasi bukan opsi ikhtiar lagi. Bukankah kita bicara dengan voice of heaven lewat suara hati.
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Minggu, 21 Maret 2010

by Arifah Handayani

Faza anak ke-3 saya lahir dengan Hirschprung (otot usus besarnya gagal berkontraksi untuk mengeluarkan feces), ia menghabiskan 2 minggu pertama hidupnya dalam perawatan Perinatology RSCM. Saya membawanya pulang dengan tanggung jawab sendiri (pulang paksa) ketika tidak ada yang dapat dilakukan RS selain operasi.

Dapatkah anda bayangkan bayi 2 minggu (atau lebih tua ), harus menghadapi skalpel
di perutnya, usus besar yang bermasalah harus dipotong, lalu dilubangi perutnya untuk membuat saluran pembuangan sementara dan menyambung usus besar di situ. Dia harus pup lewat lubang itu untuk sementara waktu. Kemudian dia harus dioperasi lagi untuk mengembalikan semua, menutup perutnya dan mengembalikan usus besarnya ke tempat semula sebelum rektum.

Atau pilihan lain saya harus membantunya mengeluarkan feses, setiap kali dia harus pup..

Saya memilih untuk membantunya pup, hingga sekarang… Faza mulai bisa pup sendiri meski baru sedikit, umurnya 3,5 tahun…Dan saya masih meminta pada Allah SWT, diberi jalan lain yang lebih baik dari operasi. Saya yakin sekali, Allah SWT yang Maha Besar pasti punya alternatif lebih baik dari operasi Colostomy dan memotong usus yang diciptakan manusia, operasi itu terlalu menakutkan dan membuat saya tertekan..

Bagaimana jika para dokter itu gagal.. Atau anak saya mengalami malpraktek.. Sementaara saya menanti jawaban jalan keluar yang lebih baik, hati ini selalu bertanya-tanya apakah saya sebaiknya membiarkan Faza dioperasi saja setiap kali saya menolongnya pup. Saya belum mendapatkan jawabannya..

Saya masih tidak menginginkan Faza dioperasi, bahkan anak ini sudah dapat melantunkan do’anya sendiri.. (Yaa Allah mudah-mudahan Faza bisa pup sendiri, nggak usah ditolong Bunda… Faza nggak mau dioperasi…). Sejak mulai bisa diajak bicara saya sudah menjelaskan padanya ada alternatif operasi untuk menyelesaikan masalah pupnya. Saya katakan, Faza akan bisa pup sendiri, nggak usah ditolong Bunda lagi kalau dioperasi. Dia menolak dan berkata (Faza mau berdoa aja sama Allah supaya bisa pup sendiri). Kami pun tidak membicarakannya lagi, saya tetap membantunya pup.

Dan kemarin, sepasang suami isteri dokter muda berpikir mereka mungkin dapat merubak pikiran saya dan mengatakan, "We care about your son, not you or what you believe..." (Kami perduli dengan nasib putra anda, bukan anda ataupun keyakinan anda).

Saya katakan, Saya juga perduli tentang nasibnya. Tentu aja… bahkan yang paling perduli.. Dan saya tulis pesan berikut :

Saya hargai perhatian anda pada putra saya…
Tapi jangan kuliahi saya tentang operasi… Beberapa dokter pikir anak saya tidak akan bertahan hingga 1 tahun tanpa operasi… Nyatanya dia selamat, umurnya 3,5 tahun…

Saya yakin ada jalan keluar tanpa membedah perutnya… Saya selalu minta pada Allah SWT di beri jalan itu… Saya menangis pilu waktu seorang perawat memasang infusnya hingga berkali-kali dan gagal… Saya merasa sangat tertekan… Apa yang akan terjadi jika saya membiarkan Faza dioperasi dan gagal… Apa jadinya saya…

Anda tidak akan pernah tahu...

Kalau memang anda perduli, carikan saya info terbaru tentang bagaimana melewati Hirschprung tanpa operasi…

Orang sudah menemukan cara menyelamatka pasien jantung yang sudah harus di by-pass tanpa operasi… Hanya dengan memakai beberapa macam antioksidan dan menjalani gaya hidup sehat…

Dan beberapa pasien kanker stadium 4, RS dan dokter menyerah tidak dapat melakukan perawatan lebih lanjut, mereka pikir pasien tersebut akan mati sebelum 1 bulan. Tahu apa yang terjadi…? Pasien tersebut melakukan diet makrobiotik dan selamat… Tubuhnya bersih dari kanker sekarang..

Dokter terlalu mengikuti cara dalam bukunya… Lihat sekeliling … Allah SWT memberi kita begitu banyak jalan keluar untuk selamat…

Saya tidak akan membiarkan siapapun mengiriskan skalpel di tubuh anak-anak saya… Kecuali ini jalan terakhir untuk menyelamatkan hidup mereka… Ibu mertua saya tercinta meninggal karena operasi pemotongan usus yang gagal. Mereka tidak pernah tahu dengan pasti… Tapi hanya memikirkan operasi sebagai satu-satunya jalan. Dokter, begitulah mereka…

Anda tidak akan pernah tahu..

Keyakinan saya hadir dari hati seorang ibu yang terdalam, dengan penuh damba dia meminta Allah SWT memberinya jalan keluar untuk anaknya…Dan Allah SWT memberi keraguan dan pertanyaan di benak saya, sebagai jawaban… Tidak satupun dokter, ahli bedah atau residen yang dapat menjawab pertanyaan ini dan meyakinkan saya… Mereka adalah senior anda, tentu saja karena anda masih sangat muda (lahiran 81 & 83), mungkin cukup berbakat… Tapi pasti belum banyak pengalaman… Pernahkah anda menyaksikan bayi 1 tahun dengan hirschprung melewati tahun pertamanya tanpa operasi…?

Putra saya tidak pernah memakai obat dalam hidupnya karena ia tidak bisa… Obat farmasi dapat membuat perutnya membengkak karena kembung… Ketika ia sakit… Saya hanya dapat berdo’a dan membaca Alqur’an pada segelas air sesudah sholat… Mohon pada Allah dengan sepenuh hati dan damba untuk menyembuhkannya… Faza minum air itu… Tertidur … dan membaik… Saat panas menyerangnya, cara ini berhasil… Saat ia terkena sakit yang membuatnya muntah-muntah, cara ini pun berhasil…

Anda tidak akan pernah tahu…

Perawatan medis bukanlah satu-satunya jawaban untuk semua masalah dalam tubuh… Camkan ini di hati dan pikiran anda… Khususnya ketika perawatan yang dijalankan berdasar pada aturan buku yang ditulis oleh mereka yang tidak percaya Allah SWT dan Islam, sebagai satu-satunya jalan mencari jawaban…

Saya bukanlah dokter… Tapi saya dibesarkan oleh salah satu dokter terbaik yang saya tahu, mama saya… Saya tahu bagaimana anda mendiagnosa pasien, faktanya saya sudah mendiagnosa penyakit anak saya jauh sebelum anda menjadi dokter… Dan mencari jalan kesembuhan lain, tidak dengan obat farmasi…Biasanya anak saya selamat dan sembuh.. Jika butuh antibiotik, saya menghitung sendiri dosis untuk mereka… Dan saya benar, mereka sembuh… Bukan karena saya… Tapi karena saya selalu minta Allah SWT memberi saya petunjuk…

Jika saya merasa perlu pergi ke dokter… Saya akan pergi… Tapi saya tidak selalu merasa harus ke dokter…

Oke teman-teman dokter… Sekali lagi saya tidak mau berdebat…

Saya pikir, anda tidak benar-benar perduli pada anak saya… Tapi anda perduli pada keyakinan anda… perawatan medis adalah jalan terbaik untuk semua maslah tubuh manusia… Anda pikir ini juga jalan terbaik bagi putra saya…

Anda tidak akan pernah tahu…

Allah SWT Tahu lebih baik… Pernahkah anda berkonsultasi dengan-Nya… saat anda meyakini cara mereka yang tidak percaya Allah SWT dan Islam untuk semua perawatan medis yang anda lakukan… Bagamana mungkin saya dapat percaya pada anda..?

Nah, Smart Parents… Anda mungkin punya sesuatu dalam pikiran anda yang dapat membantu saya mencari jalan yang terbaik… Apakah anda pikir saya salah…?

Karena saya tidak merasa salah… Hidup putra saya tidak dalam bahaya… Untuk apa saya menempatkannya dalam bahaya dengan operasi, yang mudah-mudahan tidak ia perlukan… Ketika Allah SWT berkenan mengabulkan doa kami… untuk cara yang lebih baik…

Mohon do’a dari teman-teman sekalian untuk membantu doa saya dan Faza… Mengharap jalan yang terbaik, tanpa operasi…Allah yang Maha Besar… Mohon bantulah kami… Perkenankan doa kami… Amiin.

Get Smarter Everyday...

Salam,
Arifah Handayani
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

CERITA SEORANAG TEMAN

uatu hari di sebuah TK, murid-murid diminta menggambar dengan tema My Sweet Home. Menggambarlah gadis kecil ini, sebuah rumah dengan 4 orang di dalamnya. Kata
Bu guru gambarnya bagus.

Pulang sekolah, dengan tak sabar gadis ini menunggu kedua orang tuanya pulang kerja… Ia ingin menunjukkan hasil karyanya…

Ketika keduanya pulang ia pun mendekat dengan gambar itu di tangannya…

“Apa itu sayang…” sapa sang ayah.
“Ini gambar hasil karyaku di sekolah” jawabnya riang.
“Apa yang kau gambar, nak…?” tanya ibunya.
“Rumah kita…”
“Lalu anak ini siapa…?”
“Aku..”
“Yang ini siapa…?”
“Kakak..”
“Dan dua orang di belakangmu…?”
“Mbak dan Suster…”

Bagai disengat aliran listrik sang ibu tersentak. Hatinya teriris, ternyata sang anak kurang merasakan kehadiran mereka di Sweet Home nya… Sehingga sosok orang tua tergantikan dengan mbak dan suster di gambarnya… Dipeluknya sang anak erat-erat seraya berkata…

“Oh anakku, maafkan mama sayang…?” Air mata berlinang di wajah Ibunya. “Katakan apa yang harus mama lakukan agar kamu mau menggambar mama juga dirumahmu, Nak…?”

Kadang karena begitu sibuk dengan pekerjaan, orang tua lupa akan perasaan anak tentang ketidakadiran mereka. Orang tua sudah merasa aman dengan adanya pengawasan suster dan mbak. Mereka pun pergi pagi saat anak masih lelap. Baru pulang dan berinteraksi dengan anak mereka, ketika tenaga dan mental sudah letih di malam hari sepulang kerja.

Hasilnya, anak kurang merasakan kehadiran mereka. Punya dunia sendiri bersama pengasuh di rumah. Orang tua adalah tamu di rumah hatinya…

(Mudah-mudahan meski bekerja, Smart Parents sekalian tetap eksis di Rumah Hati anak-anak kita… Check Your position from time to time in their Home… Make it impossible for anybody to replace You… No matter how far or long you go from their side day after day…)

Stay Smart… Get Smarter everyday…

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

Rabu, 10 Maret 2010

Assalamualikum WR. WB.
Renungan Ayat :

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya “ (QS. Ath-Thalaq: 2)

“….Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

“….Dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. (QS. Ath-Thalaq: 5 )

Nggak tangung-tanggung Allah Swt dalam salah satu surat, yaitu Surat Ath-Thalaq memberi reward bagi yang bertakwa?

1. Akan diberi kermudahan, diberi solusi setiap permasalahan
2. Diberi segala fasilitas hidup yang memadai bahkan boleh saja lebih dari pada kecukupan. Dan mungkin saja rezekinya itu datang dari segala aspek dan boleh jadi dalam beragam bentuk
3.Orang yang bertakwa otomatis semua kesalahnnya akan dihapus
4. Orang bertakwa akan banyak mendapat keberkahan hidup, karena banyak pahala yang didapat

Namun di satu segi kita masih bingung dengan Istilah takwa itu sendiri. Artinya meskipun sering terlontar dan tentunya telinga dan mata kita sudah tidak asing lagi dengan istilah itu, tapi bentuknya seperti apa siih... ?

Apa indikasi Takwa Menurut Al-Qur’an
Minimal kita ketahui cirri-cirinya saja jika sulit memberi definisi utuh tentang takwa. Salah satu indikasi takwa versi Qur’an antara lain:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 34)

Dalam ayat ini dapat diketahui cirri-ciri orang bertakwa
1. Orang yang suka membayar zakat
2. Orang yang suka bersedekah, baik ketika lagi ada duit ataupun lagi seret semampunya, dengan berbagai bentuk sedekah. Tapi yah jangan suka tersenyum dengan dalih bahwa tersenyum juga sedekah kalau di kantongnya duitnya dan bisa diberikan.Yakin aja deh..bahwa anak yatim lebih butuh uang dari pada senyuman kita.
3. Yang bisa mengendalikan amarah, artinya orang yang sabar. Sabar ini bisa diketahui setidaknya dalam tiga situasi:
A. Ketika merasa “seret” rezeki
B. Ketika menghadapi musibah
C. Ketika menegakan kebenaran, ketika dakwah, ketika berbuat kebaikan
4. Memaafkan orang lain baik diminta atau tidak. Artinya ketika ada yang menyakiti kita, sudah deh kita maafin aja, jangan sampai teriak “orang itu zhalim” atau kata-kata ini..itu. Keep silent saja. Toh Allah kan tahu masa harus teriak-teriak, apalagi ditulis lagi di Wall FB…!!!!
5. Selalu ingat kepada Allah. Artinya apapun yang dikerjakan dalam kesehariannya senantiasa merasa “dilihat” , “diawasi” Allah. Pastilah hari demi harinya penuh kualitas. Yah namanya orang diawasi sama “Bozz” pasti kerjanya bener.

Yah Masih Bingung Niiih…!!!
Tapi nalar kita masih menerka terus apa gambaran takwa yang utuh itu. Masalahnya di setiap acara keagamaan di manapun kata “Takwa” pasti deh dicantumin.
Apalagi kalau membuka tafsir-tafsir atau penjelasan hadist..wah sulit gambaran takwa itu. Emang kenapa?? Wong mereka itu, para ulama zaman baheula aktifitas hariannya dipenuhi aneka ragam taat. Imam Syafi’i saja pernah berujar: “Aku membagi tiga waktu dalam sehari, sepertiga untuk belajar, sepertiga untuk mengajar, dan sepertiga lagi untuk ibadah.”
Langsung saja saya teriak, “ Cari duitnya kapan??? Nonton KCB nya kapan donk? Hanging outnya kapan dunk??

Kayaknya definisi mudah takwa itu gini aja deh
“ Mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhkan diri dari semua laragan-Nya.” Kayaknya mudah sekali dicerna namun dalam kenyataannya sulit sekali.
Tapi karena saya pun bukan termasuk orang takwa, meskipun berharap banyak kearah itu, jadi enaknya standar Takwa itu kita artikan saja begini:
1. Tidak pernah meninggalkan salat 5 waktu, rajin pula salat rawatib, salat witir, tahajud, sering berdzikir, berjamaah di masjid, puasa ramadhan, berzakat, banyak sedekah, berhaji jika sudah mampu, sering membaca Al-Qur’an, sering baca terjemahnya,dll
2. Selalu membantu kesulitan orang lain, tidak sombong, jujur, amanah, berusaha berkahlak mulia, berusaha tidak menjelekan orang lain, tidak berbicara buruk, tidak buruk sangka, hormat dan patuh kepada orang tua, menghormati guru, menyanyangi anak yatim, tidak segan membantu jalan dakwah dll
3. Banyak belajar agama Islam untuk lebih dekat mengenal Allah, semua perintah agama dilakukan penuh kepatuhan, seperti berjilbab, tidak memperlihatkan aurat di depan khalayak ramai, seperti wanita yang tidak pake celana pendek begitu pula pria dan berpakaian sopan, sering mendatangi majelis taklim, banyak bergaul dengan orang soleh, orang baik, karena teman yang berperangai baik itu . seperti penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari).

Banyak lagi kriteria Takwa itu, namun tingkatan Takwa dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Dan antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan dan mungkin saja prosenya panjang. Tidak mungkin diperoleh hanya dalan beberapa hari atau beberapa bulan, ataupun beberapa tahun.
Lama donk…!!! Yah namanya hidup penuh perjuangan, masa istilah itu hanya dipakai dalam masalah keluarga, anak atau kerjaan saja. Kan takwa itu juga harus menjadi prioritas utama dalam hidup…kan katanya mau bahagia seperti tercantum dalam ayat paling atas.
Ada doanya nggak???.. wah masa takwa harus diupayakan dengan doa?? Usaha dulu sambil banyak berdoa.

STOP..Ini Untuk Anda…!!
Kaget sekali ketika saya membaca sebuah buku, di dalamnya si penulis mengatakan seperti begini:
“Berceminlah pada diri sendiri setelah membaca tulisan ini, bahwa tulisan ini untuk anda, bukan untuk orang lain. Anggap orang lain lebih baik di hadapan Allah Swt dari pada kita sendiri.”
Artinya jangan ukur apapun yang kita baca, kita dengar dengan orang lain. Satu waktu ada seseorang yang bernama Al-Mazini, seorang ahli ibadah yang sedang wukuf di Arafah. Dia berguman, “ Andai aku bersama mereka, pasti aku akan mengatakan bahwa Allah telah mengampuni mereka.” (Maksudnya dia merasa lebih rendah dibanding orang lain meskipun ia ahli ibadah dan zuhud).
Ketika berita itu sampai ke Imam Dzahabi (salah seorang pemuka dalam ilmu Hadist), “ Memang seharusnya begitu hamba Allah itu, ia harus menganggap dirinya lebih rendah dari orang beriman lainnya.”
Ayo kita mulai berakhlak, tidak perlu komentar apapun yang ditujukan kepada orang lain, ini untuk kita, untuk kebaikan kita dan untuk kehidupan kita.

Semoga bermanfaat

Wassalamu Alaikum Wr Wb

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>

By Kang Ackmanz

Assalamualikum WR. WB.
Renungan Ayat :

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya “ (QS. Ath-Thalaq: 2)

“….Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

“….Dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. (QS. Ath-Thalaq: 5 )

Nggak tangung-tanggung Allah Swt dalam salah satu surat, yaitu Surat Ath-Thalaq memberi reward bagi yang bertakwa?

1. Akan diberi kermudahan, diberi solusi setiap permasalahan
2. Diberi segala fasilitas hidup yang memadai bahkan boleh saja lebih dari pada kecukupan. Dan mungkin saja rezekinya itu datang dari segala aspek dan boleh jadi dalam beragam bentuk
3.Orang yang bertakwa otomatis semua kesalahnnya akan dihapus
4. Orang bertakwa akan banyak mendapat keberkahan hidup, karena banyak pahala yang didapat

Namun di satu segi kita masih bingung dengan Istilah takwa itu sendiri. Artinya meskipun sering terlontar dan tentunya telinga dan mata kita sudah tidak asing lagi dengan istilah itu, tapi bentuknya seperti apa siih... ?

Apa indikasi Takwa Menurut Al-Qur’an
Minimal kita ketahui cirri-cirinya saja jika sulit memberi definisi utuh tentang takwa. Salah satu indikasi takwa versi Qur’an antara lain:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 34)

Dalam ayat ini dapat diketahui cirri-ciri orang bertakwa
1. Orang yang suka membayar zakat
2. Orang yang suka bersedekah, baik ketika lagi ada duit ataupun lagi seret semampunya, dengan berbagai bentuk sedekah. Tapi yah jangan suka tersenyum dengan dalih bahwa tersenyum juga sedekah kalau di kantongnya duitnya dan bisa diberikan.Yakin aja deh..bahwa anak yatim lebih butuh uang dari pada senyuman kita.
3. Yang bisa mengendalikan amarah, artinya orang yang sabar. Sabar ini bisa diketahui setidaknya dalam tiga situasi:
A. Ketika merasa “seret” rezeki
B. Ketika menghadapi musibah
C. Ketika menegakan kebenaran, ketika dakwah, ketika berbuat kebaikan
4. Memaafkan orang lain baik diminta atau tidak. Artinya ketika ada yang menyakiti kita, sudah deh kita maafin aja, jangan sampai teriak “orang itu zhalim” atau kata-kata ini..itu. Keep silent saja. Toh Allah kan tahu masa harus teriak-teriak, apalagi ditulis lagi di Wall FB…!!!!
5. Selalu ingat kepada Allah. Artinya apapun yang dikerjakan dalam kesehariannya senantiasa merasa “dilihat” , “diawasi” Allah. Pastilah hari demi harinya penuh kualitas. Yah namanya orang diawasi sama “Bozz” pasti kerjanya bener.

Yah Masih Bingung Niiih…!!!
Tapi nalar kita masih menerka terus apa gambaran takwa yang utuh itu. Masalahnya di setiap acara keagamaan di manapun kata “Takwa” pasti deh dicantumin.
Apalagi kalau membuka tafsir-tafsir atau penjelasan hadist..wah sulit gambaran takwa itu. Emang kenapa?? Wong mereka itu, para ulama zaman baheula aktifitas hariannya dipenuhi aneka ragam taat. Imam Syafi’i saja pernah berujar: “Aku membagi tiga waktu dalam sehari, sepertiga untuk belajar, sepertiga untuk mengajar, dan sepertiga lagi untuk ibadah.”
Langsung saja saya teriak, “ Cari duitnya kapan??? Nonton KCB nya kapan donk? Hanging outnya kapan dunk??

Kayaknya definisi mudah takwa itu gini aja deh
“ Mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhkan diri dari semua laragan-Nya.” Kayaknya mudah sekali dicerna namun dalam kenyataannya sulit sekali.
Tapi karena saya pun bukan termasuk orang takwa, meskipun berharap banyak kearah itu, jadi enaknya standar Takwa itu kita artikan saja begini:
1. Tidak pernah meninggalkan salat 5 waktu, rajin pula salat rawatib, salat witir, tahajud, sering berdzikir, berjamaah di masjid, puasa ramadhan, berzakat, banyak sedekah, berhaji jika sudah mampu, sering membaca Al-Qur’an, sering baca terjemahnya,dll
2. Selalu membantu kesulitan orang lain, tidak sombong, jujur, amanah, berusaha berkahlak mulia, berusaha tidak menjelekan orang lain, tidak berbicara buruk, tidak buruk sangka, hormat dan patuh kepada orang tua, menghormati guru, menyanyangi anak yatim, tidak segan membantu jalan dakwah dll
3. Banyak belajar agama Islam untuk lebih dekat mengenal Allah, semua perintah agama dilakukan penuh kepatuhan, seperti berjilbab, tidak memperlihatkan aurat di depan khalayak ramai, seperti wanita yang tidak pake celana pendek begitu pula pria dan berpakaian sopan, sering mendatangi majelis taklim, banyak bergaul dengan orang soleh, orang baik, karena teman yang berperangai baik itu . seperti penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari).

Banyak lagi kriteria Takwa itu, namun tingkatan Takwa dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Dan antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan dan mungkin saja prosenya panjang. Tidak mungkin diperoleh hanya dalan beberapa hari atau beberapa bulan, ataupun beberapa tahun.
Lama donk…!!! Yah namanya hidup penuh perjuangan, masa istilah itu hanya dipakai dalam masalah keluarga, anak atau kerjaan saja. Kan takwa itu juga harus menjadi prioritas utama dalam hidup…kan katanya mau bahagia seperti tercantum dalam ayat paling atas.
Ada doanya nggak???.. wah masa takwa harus diupayakan dengan doa?? Usaha dulu sambil banyak berdoa.

STOP..Ini Untuk Anda…!!
Kaget sekali ketika saya membaca sebuah buku, di dalamnya si penulis mengatakan seperti begini:
“Berceminlah pada diri sendiri setelah membaca tulisan ini, bahwa tulisan ini untuk anda, bukan untuk orang lain. Anggap orang lain lebih baik di hadapan Allah Swt dari pada kita sendiri.”
Artinya jangan ukur apapun yang kita baca, kita dengar dengan orang lain. Satu waktu ada seseorang yang bernama Al-Mazini, seorang ahli ibadah yang sedang wukuf di Arafah. Dia berguman, “ Andai aku bersama mereka, pasti aku akan mengatakan bahwa Allah telah mengampuni mereka.” (Maksudnya dia merasa lebih rendah dibanding orang lain meskipun ia ahli ibadah dan zuhud).
Ketika berita itu sampai ke Imam Dzahabi (salah seorang pemuka dalam ilmu Hadist), “ Memang seharusnya begitu hamba Allah itu, ia harus menganggap dirinya lebih rendah dari orang beriman lainnya.”
Ayo kita mulai berakhlak, tidak perlu komentar apapun yang ditujukan kepada orang lain, ini untuk kita, untuk kebaikan kita dan untuk kehidupan kita.

Semoga bermanfaat

Wassalamu Alaikum Wr Wb

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I
>