ADF.LY

Kamis, 25 Maret 2010

Lanjutan (by Arifah Handayani)

Kalau boleh dikatakan kasus Faza adalah titik tolak dan batu loncatan saya untuk menjadi manusia yang mendekat pada Allah, bersyukur, ikhlas dan selalu berusaha berbuat yang benar…

Faza masuk rumah sakit umur 2 hari. Perutnya membesar dan keras. Muntah-muntah berwarna hijau dan ga bisa masuk asi. Masih dengan luka habis melahirkan dan tubuh yang belum fit saya menungguinya. Residen anak dan bedah di UGD menyatakan anak saya mengalami obstruksi (sumbatan) usus. Menurut mereka 80 – 90% harus operasi hari itu juga. Itu hari jum’at, bulan Ramadhan masuk 10 hari terakhir. Saya ingat betul nggak lama setelah itu Ayah pamit mau sholat jum’at. Saya bilang : Yah, Bunda titip doakan Faza mereka bilang 90% operasi, Bunda ga trima. Kita pegang yang 10%, mohon pada Allah diberi keringanan untuk Faza. Jangan sampai operasi, ini ramadhan dan Ayah puasa. Insya Allah doanya makbul.

Ngga lama suami berangkat jum’atan, suster UGD panggil saya. Ada sampel darah yang harus dikirim ke Lab di Perinatology. Saya tanya di mana tempatnya, dia bilang di belakang gedung. Apa ngga bisa tunggu suami saya, saya belum fit, jahitan masih nyeri. Keburu darahnya beku, ngga bisa. So, berangkatlah saya, ternyata benar tempatnya jauh. Dengan hati yang mengharu-biru dan jahitan yang nyut-nyutan saya mencari tempat yang disebut. Air mata ngga berhenti menetes memikirkan nasib Faza yang terbaring di UGD, mulut ini hanya mampu bergumam Laa khaula wa laa kuwwata illa billa… Ajaib langkah saya makin kuat dan hati ini makin tegar, meski ngga sholat dan puasa saya bisa merasakan Allah SWT menguatkan saya.

Sekembalinya saya dari lab Perina, seorang suster sedang pasang infus di tubuh Faza, ngga dapat-dapat. Faza menangis keras, hati ini teriris. Saya pun menangis sedih sekali. Andai Bunda dapat mnenggung sakitmu, Nak. Berikan pada Bunda. Suami yang datang dari sholat jum’at memeluk saya, dia pikir ada apa-apa. Bunda ngga tahan liat dia di infus, gimana operasi. Bayi sekecil itu dibedah perutnya. Pokoknya jangan sampai. Yaa Allah, tolong putra harapan saya. Hanya padaMu hamba menyembah dan minta pertolongan. Cuma kalimat itu yang dapat saya bisikan dari siang sampai malam itu. Semua persiapan operasi terus dilakukan.

Saya tetap pegang yang 10% dan mohon Allah SWT berkenan menolong. Semua kenalan mama, saya telepon. Dari mulut mereka memang hanya operasi solusinya. Jadwal pun ditentukan, karena anak saya muntah terus perutnya pasti kosong. Maka operasi direncanakan dilakukan tengah malam ngga pake puasa. Saya masih berdzikir dengan penuh harap dan damba pertolongan Allah kan datang tiba-tiba.

Menjelang tengah malam dokter spesialis bedah yang mau eksekusi datang, lihat kondisi anak saya tanya ini itu, semua pertanyaan saya yang jawab. Residen dah ganti beberapa kali yang buat tindakan ganti-ganti, semua jalani perintah ga ada yang punya skenario. Jadi waktu dokter itu tanya saya lebih cepat bisa jawab, status faza seharian itu saya hafal luar kepala. Semua tindakan dan obat yang diberikan saya tahu tanpa ada yang mis. Dokter itu sampe tanya apa saya orang medis, bukan kata saya.

Apa betul anak saya perlu dioperasi, tolong kasih alternatif lain pinta saya. Sebentar yaa Bu, katanya sambil cek semua data termasuk ronsen perutnya. Dokter senior itu berkata residen bilang ada obstruksi, tapi mana saya koq ngga liat. Hati saya berdebar penuh harap. Ini sih mekonium plak, rasanya ngga perlu operasi malam ini. Ia pun menegur residen di depan saya atas ketidakakuratan diagnosa mereka.

Alhamdulillah, sujud syukur ingin segera saya lakukan di situ, kalo ngga inget itu lantai UGD yang penuh kuman. Solusi untuk malam itu, Dokter suruh pasang pipa lewat anus dan dialiri cairan. Katanya itu akan mengeluarkan timbunan mekonium. Dan menghilangkan kembung di perutnya. Dokter senior pun pergi. Dasar residen skeptis, mereka bilang ibu jangan senang dulu kita belum tahu sebabnya ada timbunan mekonium. Kalau Hirschprung, maka tetap perlu operasi. Walopun mungkin ngga sekarang… Plong, yang 10% (katanya harus malam itu) berhasil dilewati… Insya Allah yang masih nanti-nanti ada jalan lain, begitu keyainan saya.

Faza dirawat 2 minggu… Sementara itu tidak ada tindakkan apa-apa… Rencana operasi pun ngga jelas… Yaa Allah SWT mohon hilangkan alternatif operasi dari status anak saya… Kalau ini ujian maka saya janji keluar dar RS saya jadi manusia yang lebih baik… Begitu banyak masalah orang kita lihat, kasus Faza paling ringan tak ada sesuatupun mengancam jiwanya… Kecuali bom waktu dari rumah sakit… Banyak pasien infeksi dirawat… Ada kemungkinan ketularan dan jadi repot… Saya pun bernazar, jika faza keluar RS tanpa operasi saya akan pakai jilbab.

Akhirnya saya bilang ayah, bunda dah ngga betah lagi di sini. Permintaan simpanan ASI sudah lewat kemampuan produksi. (Saya tidak bisa menginap di RS, masih ada Fella 15 bulan yang waktu itu harus saya beri ASI juga). Kita rawat dia di rumah aja yaa, yah? Bunda yakin? Tanya ayah. Yakin, kalo solusinya hanya bantu dia pup maka Insya Allah bunda bisa kerjain sendiri. Kami pun minta pulang paksa, RS melepas tanpa banyak ribut.

Jilbabpun saya kenakan sampai sekarang, meski belum sempurna. Ternyata di rumah Faza sempat bisa pup sendiri dengan lancar… Dua mingguan… Lalu mampet lagi… Ujian pertama di RS lewat, berikutnya merawat dia di rumah…

Kalau dokter itu bisa bantu Faza pup dengan masukin selang, saya coba cotton buds untuk merangsang pup Faza… Eh berhasil… Alhamdulillah untuk ide ini… Meski harus selalu bantu pup dan kentut Faza jadi ngga kembung lagi… Sayapun belajar akupresur untuk menghilangkan kembung… Alhamdulillah berhasil juga. Dengan doa saya mengurut perutnya, hati jadi begitu dekat pada Alah setiap kali saya tolong Faza.

Ujian berikutnya kalau Faza sakit. Ternyata semua obat berpotensi menyebabkan kembung dan beberapa konstipasi… Waah bahaya… Allah lagi menolong, Ia pertemukan saya pada seorang Ibu Urut yang mengurut dengan doa dan ayat Alqur’an. Ia juga mengobati dengan air putih yang didoakan. Selesai masalah, sakit apapun dengan minum air putih dari Ibu ini, dan Izin Allah tentu saja… Faza sembuh… Papa saya ribut… Katanya anak dokter koq pergi ke dukun… Kalau terapi yang dilakukan Ibu ini masuk kategori Ruqyah… Maka dia samasekali bukan dukun…

Masalah timbul waktu suatu hari Ibu Urut ini pulang kampung… Lama… Akhirnya dengan petunjuk Allah saya coba lakukan hal yang sama, mengurut dengan bacaan doa dan Alquran, serta mendoakan air putih untuk obat. Dengan segenap hati penuh harap hanya pada Allah… Bahkan saya juga meruqyah Faza, saat bertemu sepupu yang praktek Hijamah/ODT mengatakan ada gangguan makhluk lain di diri Faza… Karena anak itu sering bilang lihat ini itu di rumah...

Sempat deg-degan waktu Faza beres ASI eksklusif dan mulai makan… Ngerinya usus Faza akan bermasalah. Ternyata sebaliknya, Alhamdulillah dengan Izin Allah makanan membuat Faza mulai bisa kentut. Kembungnya jauh berkurang. Waktu umur setahun Faza mulai bisa mengeluarkan feses saat kena diare… Bahkan saat colon kosong (habis di tolong) Faza bisa pup sendiri sampai beberapa hari… Tergantung makanannya…

Dari kemajuan di atas, bukankah saya layak berharap suatu hari entah kapan. Faza akan bisa Pup sendiri tanpa harus operasi… Saya merasakan Allah SWT bersama kami selama ini… Faza jauh sekali dari gambaran anak sakit atau selalu tersiksa coba perhatikan fotonya…Semua orang yang kenal Faza ngga akan tahu masalahnya kalau tidak saya ceritakan…

Entah hikmah apa yang disimpan Allah SWT dari semua ini. Yang pasti kasus Faza membuat saya jadi manusia yang jauh lebih ikhlas, tegar dan mendekat pada Allah. Karena perasaan itu yang muncul setiap kali menterapi Faza lewat akupresure, doa dan air putih. Menjadi pribadi yang berusaha berbuat baik, menebar manfaat dan selalu siap menolong sesama adalah ekses berikutnya. Katanya Allah SWT akan ada dan menolong orang yang memudahkan orang lain. Setiap kali saya memohon jawaban untuk pertanyaan apakah saya harus merelakan Faza dioperasi… Jawaban yang saya peroleh justru pertanyaan…

Apakah Allah SWT menghendaki kasus ini selesai lewat sebuah operasi…? Mengingat buah hikmah dari kasus ini bagi kami begitu besar… Dan keraguan perlunya operasi tidak pernah pupus dari insting keibuan saya… Untuk apa saya memilih sesuatu yang begitu meragukan… Sementara saya selalu merasakan dengan begitu yakin pertolongan Allah datang membantu setiap saya butuhkan, meski belum menuntaskan semua masalah Faza. Faza sudah mengalami banyak kemajuan sejak hari lahirnya…

Apakah ini tidak berarti apa-apa…?
Buat saya begitu jelas dari keraguan di hati, bahwa menaruh Faza di meja operasi bukan opsi ikhtiar lagi. Bukankah kita bicara dengan voice of heaven lewat suara hati.
Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar