ADF.LY

Rabu, 10 Maret 2010

Assalamualikum WR. WB.
Renungan Ayat :

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya “ (QS. Ath-Thalaq: 2)

“….Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

“….Dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. (QS. Ath-Thalaq: 5 )

Nggak tangung-tanggung Allah Swt dalam salah satu surat, yaitu Surat Ath-Thalaq memberi reward bagi yang bertakwa?

1. Akan diberi kermudahan, diberi solusi setiap permasalahan
2. Diberi segala fasilitas hidup yang memadai bahkan boleh saja lebih dari pada kecukupan. Dan mungkin saja rezekinya itu datang dari segala aspek dan boleh jadi dalam beragam bentuk
3.Orang yang bertakwa otomatis semua kesalahnnya akan dihapus
4. Orang bertakwa akan banyak mendapat keberkahan hidup, karena banyak pahala yang didapat

Namun di satu segi kita masih bingung dengan Istilah takwa itu sendiri. Artinya meskipun sering terlontar dan tentunya telinga dan mata kita sudah tidak asing lagi dengan istilah itu, tapi bentuknya seperti apa siih... ?

Apa indikasi Takwa Menurut Al-Qur’an
Minimal kita ketahui cirri-cirinya saja jika sulit memberi definisi utuh tentang takwa. Salah satu indikasi takwa versi Qur’an antara lain:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 34)

Dalam ayat ini dapat diketahui cirri-ciri orang bertakwa
1. Orang yang suka membayar zakat
2. Orang yang suka bersedekah, baik ketika lagi ada duit ataupun lagi seret semampunya, dengan berbagai bentuk sedekah. Tapi yah jangan suka tersenyum dengan dalih bahwa tersenyum juga sedekah kalau di kantongnya duitnya dan bisa diberikan.Yakin aja deh..bahwa anak yatim lebih butuh uang dari pada senyuman kita.
3. Yang bisa mengendalikan amarah, artinya orang yang sabar. Sabar ini bisa diketahui setidaknya dalam tiga situasi:
A. Ketika merasa “seret” rezeki
B. Ketika menghadapi musibah
C. Ketika menegakan kebenaran, ketika dakwah, ketika berbuat kebaikan
4. Memaafkan orang lain baik diminta atau tidak. Artinya ketika ada yang menyakiti kita, sudah deh kita maafin aja, jangan sampai teriak “orang itu zhalim” atau kata-kata ini..itu. Keep silent saja. Toh Allah kan tahu masa harus teriak-teriak, apalagi ditulis lagi di Wall FB…!!!!
5. Selalu ingat kepada Allah. Artinya apapun yang dikerjakan dalam kesehariannya senantiasa merasa “dilihat” , “diawasi” Allah. Pastilah hari demi harinya penuh kualitas. Yah namanya orang diawasi sama “Bozz” pasti kerjanya bener.

Yah Masih Bingung Niiih…!!!
Tapi nalar kita masih menerka terus apa gambaran takwa yang utuh itu. Masalahnya di setiap acara keagamaan di manapun kata “Takwa” pasti deh dicantumin.
Apalagi kalau membuka tafsir-tafsir atau penjelasan hadist..wah sulit gambaran takwa itu. Emang kenapa?? Wong mereka itu, para ulama zaman baheula aktifitas hariannya dipenuhi aneka ragam taat. Imam Syafi’i saja pernah berujar: “Aku membagi tiga waktu dalam sehari, sepertiga untuk belajar, sepertiga untuk mengajar, dan sepertiga lagi untuk ibadah.”
Langsung saja saya teriak, “ Cari duitnya kapan??? Nonton KCB nya kapan donk? Hanging outnya kapan dunk??

Kayaknya definisi mudah takwa itu gini aja deh
“ Mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhkan diri dari semua laragan-Nya.” Kayaknya mudah sekali dicerna namun dalam kenyataannya sulit sekali.
Tapi karena saya pun bukan termasuk orang takwa, meskipun berharap banyak kearah itu, jadi enaknya standar Takwa itu kita artikan saja begini:
1. Tidak pernah meninggalkan salat 5 waktu, rajin pula salat rawatib, salat witir, tahajud, sering berdzikir, berjamaah di masjid, puasa ramadhan, berzakat, banyak sedekah, berhaji jika sudah mampu, sering membaca Al-Qur’an, sering baca terjemahnya,dll
2. Selalu membantu kesulitan orang lain, tidak sombong, jujur, amanah, berusaha berkahlak mulia, berusaha tidak menjelekan orang lain, tidak berbicara buruk, tidak buruk sangka, hormat dan patuh kepada orang tua, menghormati guru, menyanyangi anak yatim, tidak segan membantu jalan dakwah dll
3. Banyak belajar agama Islam untuk lebih dekat mengenal Allah, semua perintah agama dilakukan penuh kepatuhan, seperti berjilbab, tidak memperlihatkan aurat di depan khalayak ramai, seperti wanita yang tidak pake celana pendek begitu pula pria dan berpakaian sopan, sering mendatangi majelis taklim, banyak bergaul dengan orang soleh, orang baik, karena teman yang berperangai baik itu . seperti penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari).

Banyak lagi kriteria Takwa itu, namun tingkatan Takwa dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Dan antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan dan mungkin saja prosenya panjang. Tidak mungkin diperoleh hanya dalan beberapa hari atau beberapa bulan, ataupun beberapa tahun.
Lama donk…!!! Yah namanya hidup penuh perjuangan, masa istilah itu hanya dipakai dalam masalah keluarga, anak atau kerjaan saja. Kan takwa itu juga harus menjadi prioritas utama dalam hidup…kan katanya mau bahagia seperti tercantum dalam ayat paling atas.
Ada doanya nggak???.. wah masa takwa harus diupayakan dengan doa?? Usaha dulu sambil banyak berdoa.

STOP..Ini Untuk Anda…!!
Kaget sekali ketika saya membaca sebuah buku, di dalamnya si penulis mengatakan seperti begini:
“Berceminlah pada diri sendiri setelah membaca tulisan ini, bahwa tulisan ini untuk anda, bukan untuk orang lain. Anggap orang lain lebih baik di hadapan Allah Swt dari pada kita sendiri.”
Artinya jangan ukur apapun yang kita baca, kita dengar dengan orang lain. Satu waktu ada seseorang yang bernama Al-Mazini, seorang ahli ibadah yang sedang wukuf di Arafah. Dia berguman, “ Andai aku bersama mereka, pasti aku akan mengatakan bahwa Allah telah mengampuni mereka.” (Maksudnya dia merasa lebih rendah dibanding orang lain meskipun ia ahli ibadah dan zuhud).
Ketika berita itu sampai ke Imam Dzahabi (salah seorang pemuka dalam ilmu Hadist), “ Memang seharusnya begitu hamba Allah itu, ia harus menganggap dirinya lebih rendah dari orang beriman lainnya.”
Ayo kita mulai berakhlak, tidak perlu komentar apapun yang ditujukan kepada orang lain, ini untuk kita, untuk kebaikan kita dan untuk kehidupan kita.

Semoga bermanfaat

Wassalamu Alaikum Wr Wb

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas) I >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar