ADF.LY

Senin, 05 April 2010

Assalamualaikum
Tanggapan ini saya buat bagi sesama ibu menyusui yang mengalami kesulitan selama proses menyusui. Saya ibu dg 2 anak. Sy sdh mengetahui manfaat ASI sebelum menikah, maka ketika hamil pertama sy sdh memiliki mindset untuk memberi ASI eksklusif. Ternyata mindset saja tidak cukup, diperlukan pengetahuan (know-how)untuk melengkapinya. Beberapa faktor penyulit membuat saya gagal melaksanakannya, seperti ASI yang tidak keluar, putting susu yang masuk ke dalam, bayi yang tidak mau menyusui (saya baru tahu kemudian bahwa posisi menentukan keberhasilan menyusui). Bayi yang tidur terus menerus malah membuat saya senang karena saya pikir dia bayi anteng. Ternyata di hari ketiga kelahirannya, kakak saya bilang kalau bayi saya itu kuning. Pada hari itu juga saya bawa ke dokter dan hasil lab menyatakan bilirubinnya 11.Qodarullah, pada hari yang sama bayi saya masuk ruang perinatalogi. Tak terbayang rasanya, anak pertama (sebelumnya saya pernah keguguran) umur 3 hari sudah harus di rawat di RS, dan yang bikin sesak orangtua tak boleh menemani. Saya hanya diberi kesempatan 3 kali sehari menjenguk dan menyusui bayi saya tersebut. Tapi setiap kali saya coba susui, dia tak pernah mau. Bahkan untuk melek mata saja susahnya minta ampun. Sgl cara saya coba bangunkan dia, mulai dari dikelitik telinganya, dikelitik telapak kakinya tetap saja tdk bangun. Membuat saya frustasi.
Lalu teman yang membantu saya selama di RS tersebut menyarankan untuk konsultasi ke klinik laktasi. Alhamdulillah, selama di klinik laktasi saya belajar manajemen laktasi, seperti manfaat ASI eksklusif, posisi menyusui yang benar, gizi yang harus tercukupi ibu,merawat payudara supaya ASI tetap terjaga kuantitas dan kualitasnya dll. Saya sangat sangat bersyukur bisa mendapat pengetahuan yang membantu saya dan bayi saya juga tentunya. Walaupun dia tetap tdk bisa mendapat ASI eksklusif (selama di RS mendapat susu formula).
Pada hari ke enam, saya bawa pulang bayi saya walau dokter masih melarang (bilirubin belum di bawah 7, katanya) dengan pertimbangan besok mau aqiqah. Masa aqiqah ga ada bayinya,begitu pikiran kami saat itu. Tp alhamdulillah, ga apa-apa tuh.
Mindset untuk memberi ASI eksklusif ditambah know-how manajemen laktasi tidak akan berhasil tanpa komitmen. Ranah komitmen ini jg yang tidak berhasil saya tetapkan, karena ketika bayi saya umur 9 bulan saya hamil lagi.
Pada kehamilah anak kedua ini saya betul-betul berniat menyempurnakan 3 ranah tersebut. Ketika lahir, bayi kedua saya ini memiliki faktor penyulit yang sama dengan anak pertama. ASI tidak keluar, puting masuk ke dalam dan bayi yang malas menyusui. Dengan tekad yang kuat dan bekal pengetahuan dari klinik laktasi, saya tetapkan komitmen saya.
ASI yang tidak mau keluar saya peras pakai tangan, karena saya pernah coba pakai alat sakitnya minta ampun dan ASI tetap tidak keluar. Selama setengah jam memeras, saya Cuma dapat 20 cc. Setiap 2 jam, saya bangunkan bayi untuk menyusui, itupun paling Cuma 5 menit dia mau menghisap biasanya tidur lagi. Kalau sdh begini, perasan ASI sebelumnya saya suapin pakai sendok. Saya ga mau bayi saya kekurangan ASI lagi. Dan yang namanya bangunin bayi itu ga seperti bangunin orang dewasa. Susahnya minta ampun. Ketika bayi dah bergerak dan mulutnya terbuka sedikit, kita harus sigap memasukkan puting ke mulutnya. Biasanya kalau sdh ada puting di mulutnya, bayi akan refleks menghisap.tapi kalau bayi tidur lagi, kita harus bangunin dia lagi. Begitu terus sampai kita keringetan deh, eh maksudnya sampai payudara terasa kosong. Proses ini berlangsung selama 2 minggu. Yah selama itu kegiatan saya Cuma meras ASI yang sedikit dan bangunin bayi. Alhamdulillah setelah 2 minggu bayi saya mulai pintar menyusui sehingga tak perlu saya bangunin tiap 2 jam. Jam biologisnya mulai bekerja.
Kini mereka sudah berumur 4 dan 2 tahun 9 bulan. Dampak dari ASI eksklusif memang terasa sekali, anak pertama saya langganan dokter. Pencernaannya tidak bagus, alerginya macam-macam. Sedangkan anak kedua, jadi anak yang kuat dan jarang sakit, kalaupun panas biasanya akan turun dengan sendirinya.
Memang dukungan orang sekitar sangat sangat membantu kita.Saya bersyukur ada keluarga yang selalu membesarkan hati saya untuk tidak menyerah memberi ASI, suami yang rela ngipas-ngipasin kalau saya sudah keringetan. Semoga para ibu yang lain juga lebih bersemangatnya dari saya dalam memberi yang terbaik untuk buah hati. Yang terbaik berawal dari ASI.
wassalammualaikum
By:Nina Alfa Rizkana >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar